Lima Sebab Menikah Muda
Menikah bukan perkara gampang. Pertalian dua orang dibawah sumpah tersebut bukan hanya untuk sehari atau setelah ijab saja, melainkan untuk selamanya. Pernikahan butuh konsep jangka panjang yang akan menentukan seperti apa rumah tangga yang akan dijalankan bersama nantinya. Untuk mencapai konsep ideal dalam sebuah pernikahan, kematangan kognitif dan afeksi sangatlah menentukan.
Dari sudut pandang psikologi, kematangan kognitif dan afeksi individu mencapai puncaknya pada usia 27-30 tahun. Harian USA Today memuat data statistik dan hasil penelitian psikolog yang menemukan bahwa usia ideal orang menikah adalah pada usia 27-30 tahun karena mampu mengurangi resiko perceraian. Sebab, kematangan kognitif dan afeksi menentukan pola komunikasi dan berpikir dalam sebuah rumah tangga.
Namun,banyak orang yang menikah di bawah usia ideal tersebut. Banyak faktor dari dalam atau luar individu yang menjadi penyebabnya. Berikut ini adalah sebab banyak orang menikah di usia muda, atau dibawah usia ideal yang telah dihimpun oleh tim redaksi beritajogja.co.id.
Agama
Agama kerap dijadikan alasan untuk menikah muda. Akidah atau menghindarkan diri dari zina kerap dijadikan alasan kuat untuk mengucap ijab. Kadang, atas nama agama, pernikahan hanya sebatas legalitas seksual semata, terlebih dengan alasan menghindari dari zina tersebut. Padahal, tidak semua orang yang tengah dekat satu sama lain akan berbuat atau mendekati zina.
Dijodohkan Orang Tua
Kata siapa ihwal penjodohan hanya ada di masa feodal. Dalam realitas kontemporer, peristiwa ini masih sering terjadi. Perjodohan semacam ini lekat dengan kepentingan keluarga. Entah untuk alasan politis, penyamanan nasab, atau−lagi-lagi−agama. Penilaian umur dan kognitif, ketika dijodohkan bersifat sepihak. Semuanya dari sudut pandang orang tua.
Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sangant berpengaruh pada keputusan untuk menikah muda. Apalagi saat berkumpul bersama teman-teman yang sudah menikah. Terlebih saat mereka membawa bayi dan mengobrol seputar keadaan rumah tangga. Hal ini akan merangsang individu untuk cepat menikah agar memiliki kesamaan dengan lingkungan sosialnya sebagai syarat penerimaan terhadap individu tersebut.
Dendam
Alasan paling buruk untuk menikah adalah dendam. Dendam ini kerap datang setelah mengalami peristiwa yang tidak mengenakkan, seperti ditinggal nikah kekasih. Menikah karena dendam banyak dipakai sebagai ajang pembuktian bahwa kita bisa melakukan apa yang orang lain lakukan terhadap diri kita.
Takut Ditinggal Pasangan
Menikah adalah salah satu bukti cinta. Pembuktian itu sebenarnya sudah dimulai saat menyatakan keseriusan pada pasangan dan keluarganya. Meski demikian, butuh mental dan keyakinan yang kuat saat mengutarakannya pada keluarga pasangan.
Keseriusan adalah hal yang paling sering diminta oleh pasangan. Bentuk keseriusan tersebut kadang harus mewujud dalam lamaran. Kadang, kalau menundanya, ancaman putus sering terwacanakan oleh pasangan. Apalagi kalau kita punya banyak saingan. Oleh sebab itu, banyak orang menikah muda karena takut ditinggalkan oleh pasangannya. Mental yang belum siap, kognitif belum matang, dan belum siapnya materi untuk hidup kedepan disingkirkan karena ketakutan untuk ditinggalkan.
Manusia itu sejatinya bebas. Bebas menentukan pilihan dan perbuatan namun harus disertai tanggung jawab yang sepadan dengan kebebasan tersebut. Kita bebas menentukan kapan harus menikah. Bebas berijab menunggu usia ideal atau tidak.
Namun, pernikahan sejatinya bersifat dua arah. Tidak hanya vertikal (Tuhan) atau horizontal (sesama manusia). Harus ada keseimbangan antar keduanya yang akan menciptakan keselarasan dan manfaat untuk pribadi dan lingkungan sosial. Menikah muda atau menunggu usia ideal punya konsekuensinya sendiri-sendiri. Dan selamat bertanggung jawab atas pilihan tersebut.
Swadesta A.W