Mengapa Vredeburg Dibangun Dekat Keraton?
Warga Jogja pastinya sudah tidak asing lagi dengan Benteng Vredeburg. Setiap harinya bangunan peninggalan Belanda ini kerap dikunjungi oleh wisatawan dalam maupun luar negeri. Sedangkan pada malam hari, halaman Vredeburg kerap difungsikan sebagai ruang publik oleh warga untuk melakukan pelbagai aktivitas.
Bagi yang kerap menghabiskan waktu di Vredeburg, pasti bakal aneh dengan letak bangunannya. Pasalnya, Benteng yang berdiri tahun 1765 ini sangat dekat dengan Keraton Jogjakarta. Dari banyak wacana sejarah, akan timbul pertanyaan ; mengapa Keraton mengijinkan bangunan penjajah berdiri dekat kerajaan?
Jawabannya bisa ditelisik sejak Keraton Jogja menadatangani perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755. Dalam perjanjian, Belanda berperan sebagai penengah yang akhirnya membagi Keraton menjadi dua, sekaligus mendamaikan Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I).
Setelah perjanjian tersebut, Keraton Jogjakarta mulai membangun kerajaannya sendiri. Pembangunan dimulai pada 9 Oktober 1755. Semasa menunggu pembangunan rampung, Sultan Hamengku Buwono I dan keluarga tinggal di Pesanggrahan Ambarketawang, Gamping. Hal itu berlangsung selama kurang lebih setahun. Setahun setelahnya �?�meskipun pembangunan keraton belum tuntas �?� Sultan memboyong keluarga dan menempati keraton.
Kepindahan Sultan ke keraton berdampak pada semakin cepatnya pembangunan. Salah satu bangunan yang dinilai cukup jenius oleh para arsitek Belanda adalah Taman Sari. Bangunan ini memiliki jalan bawah tanah dan dikelilingi oleh tembok tebal. Hingga hari ini, berhembus kabar bahwa ada salah satu lorong di jalan bawah tanah yang merupakan jalan pintas ke pantai parangtritis.
Kemajuan pesat pembangunan keraton, membikin Belanda khawatir. Karenanya. Belanda minta izin pada Sultan membangun sebuah benteng di dekat keraton berdalih menjaga keamanan keraton dan sekitarnya. Namun, maksud utama Belanda adalah agar mudah mengontrol perkembangan yang terjadi di dalam keraton. Hal ini dibuktikan dengan jarak Benteng dengan Keraton yang hanya satu tembakan meriam. Jika keraton bertindak di luar perkiraan Belanda, maka mereka akan langsung menembakan meriam.
Namun, maksud Belanda sudah terbaca oleh Sultan jauh sebelum mereka meminta lahan mendirikan benteng yang awalnya bernama Rustenburg ini. Tahun 1760 Sultan terlebih dulu membangun benteng berbentuk persegi. Keempat benteng di sudut keraton itu menjadi tempat penjagaan sekaligus tempat pengintaian yang disebut Seleka atau Bastion.
Gempa tahun 1867 merobohkan benteng Belanda. Setelag gempa, benteng kemudian dibangun kembali dan direnovasi. Setelah selesai nama Rustenburg diganti menjadi Vredeburg yang berarti “Benteng Perdamaian”. Nama tersebut dianggap sebagai manifestasi hubungan antara Kesultanan Jogjakarta dengan Belanda yang tidak saling menyerang.