Home » Jogja » Tak Ramah Difabel UGM Menuai Kritik

Tak Ramah Difabel UGM Menuai Kritik



Minimnya kebijakan Perguruan Tinggi yang berpihak pada penyandang disabilitas untuk mengakses pendidikan, menyebabkan kaum difable belum bisa maksimal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan.

Seperti dilansir harian jogja, jumlah difable yang mengenyam pendidikan tinggi tidak lebih dari 1 persen.

“Jika dihitung, difabel yang bisa mengakses pendidikan tinggi tidak sampai satu persen atau masih nol koma sekian,” jelas Ketua Pusat Studi dan Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga, Ro’fah di kampus UIN Sunan Kalijaga, Jumat (18/1) dalam rangkaian acara Holding Hands Movement (HHM) yang akan digelar hari ini di Lembah UGM, Minggu (20/1).

Belajar dari persoalan ini, Ketua HHM DIY, Risnawati Utami mengungkapkan PT perlu mengembangkan kurikulum serta sarana prasarana yang ramah terhadap disabilitas.

”UGM contohnya, sebagai salah satu kampus terbesar di Indonesia tidak menjadi kampus yang sensitif terhadap difabel. Tidak banyak akses yang bisa dimanfaatkan seperti lift atau lainnya,” jelas Risnawati.

IHHM sendiri, imbuhnya, merupayakan upaya penyadaran masyarakat akan keberadaan disabilitas. Caranya, pada Minggu (20/1), peserta yang hadir akan diminta berlakon sebagai disabilitas, baik dengan menggunakan kursi roda, tongkat maupun penutup mata.

Risna menuturkan dengan cara ini diharapkan persepsi masyarakat Indonesia dapat terbentuk. Bahwa disabilitas pun memerlukan ‘kesempatan’ untuk mandiri.

Kegiatan yang akan diadakan akhir pekan ini direncanakan akan dihadiri 1.000 peserta non- disablitas dan disabilitas dari Jogja, Solo dan Malang. Dimulai pukul 07.00 WIB, G.K.R. Hemas dan Rektor UGM, Pratikno akan membuka acara tersebut.

Facebook Twitter Share on Google+