Home » Jogjapedia » Tugu Jogja: Manunggaling Kawulo Gusti Hingga Simbol Zionis

Tugu Jogja: Manunggaling Kawulo Gusti Hingga Simbol Zionis



Secara geografis, Tugu terletak di antara empat jalan besar di Jogja, yaitu Jalan AM.Sangaji, Jalan Jend.Soedirman, Pangeran Mangkubumi, dan Jalan Pangeran Diponoegoro. Bangunan ini merupakan salah satu bangunan sejarah yang paling populer di Jogjakarta. Tiap malam hingga dini hari, banyak warga dan wisatawan yang berfoto dengan bangunan yang diberi nama Pal Putih ini.

Tugu Dibangun pada 1775 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I. Bangunan setinggi 25 meter ini ia namai dengan Tugu Golong Gilig. Lutse Lambert Daniel Morin, kurator sekaligus sejarawan di Belanda yang mengunjungi Jogja pada Agustus tahun lalu menceritakan bahwa tugu sengaja dibangun sebagai representasi islam kejawen yang dipercayai oleh Sultan.

Dalam pemahaman makrokosmos, Tugu Golong Gilig bermakna penyatuan, kepasrahan, dan kepercayaan manusia dengan Tuhan yang dikenal dengan istilah Manunggaling Kawulo Gusti. Raja, merupakan utusan rakyat dalam upaya penyatuan dengan Tuhan. Sedangkan dalam sudut pandang mikrokosmos, tugu Golong Gilig adalah representasi Raja sebagai utusan Tuhan untuk menjembatani rakyat agar ikut menyatu dengan Tuhan.

Ketika selesai dibangun, tugu tidak berbentuk seperti sekarang. Bentuknya mirip tabung silinder dengan bola di bagian atas. Gempa pada 1867 membikin Tugu Golong Gilig hancur. 22 tahun kemudian, tepatnya 1889 Belanda kembali membangun Tugu Golong Gilig. Pembangunan ini mengubah bentuk tugu menjadi kerucut yang runcing dan bentuk persegi pada tiap sisi. Setelah selesai Belanda menamainya dengan De Witt Paal atau Tugu Pal Putih.

Simbol Zionis

Tahun 2010 Jogjakarta heboh dengan pemberitaan di media soal ditemukannya dua simbol Zionis di tugu Jogja. Kedua simbol tersebut adalah bintang david dan tanduk unicorn. Bintang david ditemukan pada salah satu sisi tugu, sedangkan tanduk unicorn disebut berada di bagian atas tugu.

Bintang pada tugu yang dianggap sebagai simbol Zionis

Penyusupan simbol Zionis oleh anggota Freemason diperkuat dengan buku yang ditulis oleh Dr. T.H. Stevens berjudul Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962. Dalam buku tersebut dituliskan tentang anggota Freemason yang bergabung dengan Belanda dan terlibat dalam sejumlah pembangunan di kota Semarang hingga Jogjakarta yang dimulai sejak 1860.

Pada halaman dua buku terbitan Sinar Harapan tahun 2004 tersebut, dituliskan bahwa Tarekat Mason Bebas di bawah Majelis Tahunan Nederland memiliki program bernama “Batu Kasar” untuk menduniakan simbol zionis. Program ini merupakan gerakan peletakan simbol freemason pada bangunan yang berbidang tegak dan berbentuk persegi.

Facebook Twitter Share on Google+