Carlos Celdran : Bukan Pemandu Wisata Biasa
Carlos Celdran bukan pemandu wisata biasa. Ia juga aktivis pro-kontrasepsi yang baru-baru ini dijatuhi hukuman satu tahun penjara karena protes yang dilakukannya.
Pada 2010, ia menginterupsi acara kebaktian gereja untuk mengekspresikan dukungannya pada Undang-undang Reproduksi – sesuatu yang sangat ditentang oleh Gereja Katolik.
“Saya berpakaian mirip seperti pahlawan nasional kami, Dr. Jose Rizal, yang menulis buku berjudul“Noli Me Tangere”. Dalam buku itu tokoh jahatnya adalah seorang Pendeta bernama “Padre Damaso” yang merupakan simbol pelecehan pendeta,” tutur Celdran.
“Jadi saya pergi ke gereja dengan tulisan Damaso di kepala, memperlihatkan kata itu kepada para uskup Filipina pada pertemuan oikumene di Katedral Manila.”
Celdran juga berteriak ‘hentikan campur tangan dalam politik’ sebelum dibawa oleh polisi.
“Saya dihukum karena melanggar keyakinan agama, hukum kuno yang sudah ada sejak masa penjajahan Spanyol. Dalam hukum itu, kita tidak boleh bicara menentang agama. Dan setelah persidangan selama dua tahun, saya dinyatakan bersalah, lalu dihukum setahun dua bulan di penjara.”
Celdran mengaku tak heran dengan putusan pengadilan.
Pendeta Nestor Cerbo, rektor Katedral Manila mengatakan, Gereja sudah memaafkan Celdran, tapi ia harus menanggung kerusakan yang terjadi.
Celdran juga aktivis HIV/AIDS yang sejak 2003 rutin membagi-bagikan kondom dan pil KB bagi warga di permukiman kumuh. Dia percaya kalau kesehatan reproduksi adalah kunci pembangunan ekonomi.
Sebagai negara dengan tingkat kelahiran yang paling tinggi di Asia Tenggara, Filipina akhirnya meloloskan Undang-Undang Kesehatan Reproduktif – setelah perjalanan panjang selama 13 tahun.
Undang-Undang ini didukung penuh oleh Presiden Benigno Aquino, tapi Gereja meyakini aturan ini bakal merusak nilai-nilai moral. Namun Carlos Conde, peneliti LSM Human Rights Watch Asia mengatakan, tidak seorang pun yang patut dipenjara karena apa yang mereka sudah katakan.
“Kami sedang memantau kasus ini dan kami mendukung Celdran sepenuhnya. Yang kami upayakan dalam LSM Human Rights Watch adalah untuk membuat kasus ini mendunia, untuk menarik perhatian tidak hanya kepada masalahnya, tapi juga karena Hukum Kesehatan Reproduksi sudah lama sekali macet dalam Kongres,” tutur Conde.
“Kami bersyukur sekali karena hukum ini sudah diloloskan. Sayangnya Celdran dan yang lainnya dianggap sebagai jaminan dari kerusakan yang sudah ditimbulkan dalam perjuangan ini . Hukum Kesehatan Reproduksi penting, tapi menurut kami, Kebebasan Ekespresi juga penting.”
Sebuah petisi telah diajukan ke Mahkamah Agung untuk menentang Undang-undang baru ini. Gereja Katolik berpendapat hukum ini menafikkan nilai pernikahan dan meningkatkan perilaku seks bebas.
Kasus Celdran tidak punya dampak hukum tapi jadi peringatan bagi orang Filipina.
”Kejadian ini punya dampak yang mengerikan kepada umat untuk tidak menentang Gereja dalam hal-hal seperti Kesehatan Reproduksi. Ini malah membiarkan keadaan Kesehatan Reproduksi di Filipina dalam keadaan yang menyedihkan, khususnya orang miskin Flipina yang sepertinya diserang oleh gereja. Kasus dan putusan terhadap Celdran adalah cara Gereja untuk menyerang para pengkritik dan ini tidak baik.”
Celdran kini ada di luar penjara berbekal tebusan. Di Facebook, Celdran menulis kalau ia akan melanjutkan perjuangan sampai akhir.
”Saya masih punya harapan besar. Filipina adalah negara sekuler dan logis. Saya merasa beruntung karena berada dalam posisi untuk membuktikan hal itu. Orang Filipina akan ingat kalau kebebasan berbicara dan segala macam kebebasan bukan tujuan akhir, tapi merupakan satu proses,” ujar Celdran.
“Dan kita harus terus waspada demi melindungi kebebasan berbicara. Saya harap ini sudah memicu satu diskusi dan menarik perhatian orang Filipina soal betapa pentingnya memisahkan keyakinan spiritiual dengan kenyataan di dunia ini.”
Madonna T. Virola (Asia Calling/Manila)
Artikel ini pertama kali disiarkan di Asia Calling, program berita radio aktual dari kawasan Asia yang diproduksi KBR68H, kantor berita radio independen di Indonesia. Asia Calling disiarkan dalam bahasa lokal di 10 negara di Asia. Temukan cerita lainnya dari Asia Calling di www.asiacalling.org