Home » Berita, Nasional » Pelaku Korupsi Bisa Siapa Saja

Pelaku Korupsi Bisa Siapa Saja



Istimewa

Kasus korupsi yang mendera bekas Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Lutfie Hasan Ishaq, menjadi kehebohan publik. Padahal, PKS selama ini dikenal sebagai partai dakwah berbasis Islam. Banyak kalangan terkejut,bagaimana mungkin partai berjargon “Bersih dan Peduli” bisa tersandung suap impor daging sapi.

Menurut Wakil Koordiantor ICW Emerson Yuntho, sebenarnya tidak ada kaitan antara agama dan partai politik, terkait tindak korupsi. Mengingat agama apapun melarang korupsi atau suap, namun dalam realita di lapangan, godaan-godaan itu acapkali muncul. Soal korupsi elite parpol inilah yang menjadi tema perbincangan program Agama dan Masyarakat, yang diselenggarakan KBR68H dan TempoTV. Diskusi kali ini mengundang tiga narasumber, yaitu Emerson Yuntho (Wakil Koordinator), Marbawi A. Katon (pengamat politik Islam), dan Sohibul Iman (Wakil Ketua Fraksi PKS di DPR).

Menurut Emerson, fenomena korupsi dalam konteks politik Indonesia bukan suatu yang aneh. Jauh sebelum PKS, kita masih ingat ada elite PPP dan PBB yang juga tersandung kasus korupsi. “Bicara soal pendanaan politik tidak pernah kenal agama, yang penting adalah bagaimana mengisi pundi-pundi partai. Mungkin kasus suap daging impor satu dari sekian banyak yang terungkap, masih banyak kasus-kasus lain yang belum terungkap,” tambah Emerson

Sohibul mengakui seluruh komponen PKS merasa terkejut dengan kasus ini. Karenanya kasus ini dijadikan momentum, untuk melakukan evaluasi, introspeksi, dan merumuskan langkah-langkah ke depan. Sohibul juga berharap, prinsip asas praduga tak bersalah itu, bahwa apa yang dituduhkan ke Pak Luthfie kelak tidak akan terbukti.

Marbawi Katon menganalisis, kasus ini akan berdampak besar, karena persepsi negatif sudah berkembang lama, seperti hasil survei bulan Desember 2012, jauh sebelum kasus korupsi Presiden PKS terekspose. Lebih berat lagi PKSmemiliki spirit “Bersih dan Peduli”. Untuk menguji hakikat partai adalah celah, antara idealnya bersih dan peduli dengan fakta yang ditunjukkan, ternyata pimpinannya ditangkap. “Faktor citra ikut menentukan, soliditas juga menentukan, tapi akhirnya kontribusi nyata, keberpihakan nyata pada rakyat, itu yang bakal dipilih rakyat,” jelas Marbawi.

Emerson menerangkan pada tahun 2012, ICW pernah melansir sekitar 55 kader partai politik yang tersandung korupsi, disebutkan Golkar yang paling banyak. Namun Emerson mengaku khawatir soal kemampuan pencitraan Golkar. Sebab, dia partai lama, dengan kemampuan manajemen isu yang baik, kemudian soliditas dari kadernya.

“Menariknya waktu kita melansir, elite PKS mengatakan, tidak ada kader PKS yang tersangkut korupsi. Kemudian ada politisi dari PKS mengatakan, pada 2013 ini KPK akan ungkap skandal paling besar, ternyata yang kena presidennya sendiri,” imbuh Emerson.

Marbawi berpandangan, Anis Matta sesaat setelah diangkat sebagai Presiden PKS, mengeluarkan pernyataan konspirasi, itu bisa dipahami sebagai bentuk tanggap darurat untuk membingkai persoalan, agar tidak lari kemana-mana. “Anis Mattamengerti, mayoritas arus bawah cara berpikirnya seperti itu, tipikal partai berbasis agama, dalam hal ini Islam, yang mudah sekali mengagregasi kekuatan, menyerang pihak-pihak luar dengan menyebut zionis, menyerang Amerika dan serterusnya,” tegas Marbawi.

*Artikel ini sebelumnya disiarkan di program Agama dan Masyarakat KBR68H. Simak siarannya di 89, 2 FM Green Radio, setiap Rabu, pukul 20.00-21.00 WIB

Facebook Twitter Share on Google+