Paku Alam Anggota Freemason
Pada tulisan sebelumnya berjudul Tugu Jogja :Manunggaling Kawulo Gusti Hingga Simbol Zionis telah disebutkan bahwa Freemason atau Tarekat Mason masuk Jogja sekitar tahun 1870. Organisasi rahasia yang dalam bahasa Belanda disebut Vrijmetselarij ini berhasil membujuk sejumlah kalangan Keraton untuk menjadi anggota.
Abdurrachman Saleh dalam Kota Yogyakarta Tempo Doloe : Sejarah Sosial 1880-1930 yang dikutip dari Gadenkschrift Pakoe Alam VII menuliskan bahwa salah seorang pejabat Keraton yang menjadi anggota Mason adalah Paku Alam V. Keanggotaan ini juga diteruskan oleh Paku Alam VI dan VII.
Masuknya Tarekat Mason ke dalam lingkungan Keraton dumulai sejak tahun 1891. Pertukaran intelektual kerabat kerajaan dengan Belanda yang difasilitasi oleh kelompok-kelompok intelektual dari penduduk Bumiputra.
Di antara keluarga Paku Alam, K.P.H Notodirjo tercatat sebagai anggota yang paling cerdas dan aktif dalam kegiatan Mason di Jogjakarta. Ia mewakili Kertaon di sebuah kongres Mason di Jakarta tahun 1911. Dalam kongres tersebut Notodirjo memaksa agar Belanda meningkatkan pengajaran pada penduduk Bumiputra.
Dituliskan juga bahwa Notodirjo juga menyebarkan ajaran Mason dalam organisasi Budi Utomo. Sebab ada persamaan paham antara Budi Utomo dengan Mason, yaitu pembebasan pikiran yang menerima sesama manusia dalam kedudukan dan kesempatan yang sama tanpa pembedaan warna kulit, bangsa, dan agama.Hal ini diperkuat dengan temuan bahwa Ketua Budi Utomo yang pertama, K.R.T Tirtokusumo memiliki hubungan pernikahan dengan keluarga Paku Alam.