Home » Jogjapedia » Tiga Preman Legendaris Jogja

Tiga Preman Legendaris Jogja



Istimewa

Pasca insiden Cebongan istilah preman dan premanisme mendadak beken di Jogjakarta. Beragam spanduk berisi penolakan terhadap istilah itu bermunculan di banyak perempatan jalan. Preman harus minggat dari Jogja. Pun dengan premanisme yang harus dibersihkan dari kota ini.

Sebagian warga Jogja setuju dengan pesan dalam spanduk itu. Sebagian lagi menilainya utopis. Sebab, banyak preman merupakan warga Jogja sendiri. Mereka tidak mungkin diusir keluar dari tempat kelahiran.

Banyak preman di Jogja adalah warga asli. Dari sekian banyak preman, ada tiga orang yang sangat disegani oleh preman, masyarakat, hingga aparat. Mereka adalah preman legendaris di kota Jogja. Inilah mereka, tiga orang preman legendaris di kota Jogja.

Joko Badran

Warga Badran pasti mengenali Joko. Ia adalah preman legendaris di wilayah tersebut. Sejak usia 17 tahun, kegarangannya sudah terkenal. Puncaknya, saat ia membunuh seorang perwira TNI yang juga anak petinggi TNI tahun 1980. Kisah ini membikinnya terkenal hingga ke pelosok Jogja.

Ia lalu melarikan diri ke Jombang. Namun pulangnya, ia langsung ditangkap kepolisian. Dua bulan di penjara, Joko kembali melakukan pembunuhan. Kali ini adalah seorang perantauan dari Sulawesi. Terlibat perkelahian di depan PLN Mangkubumi, ia menyarangkan clurit tepat ke leher orang itu. Akibatnya, tiga tahun ia meringkuk di penjara.

Dikutip Etnohistori, setelah eluar dari penjara, ia bersama kawan-kawannya mendirikan bisnis keamanan. Ia memegang kendali atas PKL di Malioboro dan Sarkem. Berbeda dengan preman kebanyakan, uang keamanan tersebut tidak digunakan untuk foya-foya melankan untuk membangun masjid. Hingga saat ini masjid yang dibangunnya berjumlah 18 buah.

Perilakunya ini tidak terlepas dari siraman rohani yang diberikan Ustadz Wijayanto dan Emha Ainun Najib. Bahkan, ilmu agama yang diterimanya dari kedua pemuka agama ini ditularkannya pada warga Badran dan PSK di Sarkem hingga sekarang.

Kris, God of Gambler Dari Terban

Mas Kris, begitu sapaan akrabnya. Seorang preman legendaris dari Terban yang membidani lahirnya judi totor. Usahanya ini dimulai tahun 1997 dari hasil obyek trayek mobil Jogja-Prambanan. Tidak ada yang berani mengusik usahanya. Sebab, selain ia banyak bergaul dengan preman di daerahnya, Kris juga merupakan seorang negosiator yang handal.

Dikutip Etnohistori edisi Juni-Juli 2011 bertajuk Jago, Preman, dan Negara, Kris sempat menghentikan bisnis judinya karena semakin banyak aparat keamanan yang minta jatah. Selain itu, banyaknya orang yang meniru usahanya membikin ia menutup sementara judi totor di Terban.

Kebangkitannya terjadi ketika teman-temannya mengajak untuk membikin arena judi yang lebih besar. Ia langsung ditunjuk menjadi coordinator. Dengan kepandaian Kris, arena judi bari di tengah Pasar terban menjadi besar. Tidak ada halangan yang berarti dihadapan Kris.

Yono, Samurai Dari Jogoyudan

Dari catatan Ulil Amri, peneliti LIPI dalam Etnohistori edisi Juni-Juli 2011, dituliskan bahwa Yono dari Jogoyudan dikenal sebagai preman yang doyan berkelahi. Tiap preman yang menantangnya duel selalu tewas. Tidak hanya preman, aparat keamanan sekelas polisi militer tidak mampu lolos dari tebasan samurai Mas Yono.

Perbuatannya itu membikinnya akrab dengan penjara. Setelah bebas untuk kesekian kalinya pasca kasus polisi militer, Yono semakin menekuni dunia kejahatan. Tahun 1970, ia merantau ke Semarang. Di sana ia menjadi rampok dan pengedar narkoba. Ia juga kerap berkelahi dengan banyak preman di Semarang.

Kembali ke Jogjakarta tahun 1979, Yono menikah dan memiliki satu orang anak. Ini menjadi titik masa damai baginya. Ia tidak lagi melakukan banyak kejahatan seperti sebelumnya. Terlebih ketika Petrus meledak di Jogja tahun 1983-1985, ia berjanji insyaf. Sejak saat itu ia tidak pernah lagi melakukan aksinya ketika di Semarang.

Insyaf menjadi preman, Yono bergabung bersama golkar sebagai satgas. Tahun 1987 ia ditugaskan di Jetis untuk menyukseskan pemilu. Lima tahun berselang, ia naik pangkat. Ia dipercaya Golkar menjadi komando pasukan siluman yang terdiri dari banyak preman. Prestasinya bersama partai terus melejit ketika ia bergabung dengan pasukan elit Golkar, yaitu Pasus (pasukan khusus).

Facebook Twitter Share on Google+