Home » Berita, Internasional » Mantan Tahanan Politik Burma Berjuang Cari Pekerjaan

Mantan Tahanan Politik Burma Berjuang Cari Pekerjaan



istimewa

Sejak Thein Sein jadi Presiden Burma pada tahun 2011, lebih dari 900 tahanan politik dibebaskan dari penjara. Mereka kini tengah berjuang untuk bisa diterima kembali di tengah masyarakat. Sebab, pasa pembebasan mereka dikucilkan oleh kerabat dan keluarga sendiri karena takut dikaitkan dengan reputasi tahanan politik yang jelek di mata masyarakat. Selain itu, bekas tahanan politik juga harus mengalami sulitnya mencari pekerjaan.

Salah seorang tapol, Win Zaw Naing, menngeluhkan keadaan ini dengan mengingat masa di penjara.“Saya dimasukkan ke penjara malam-malam. Saya sama sekali belum makan saat itu. Mereka kemudian memberikan sepiring nasi kepada saya. Semula saya kira itu nasi goreng, tapi bukan. Itu nasi biasanya. Warnanya merah karena nasi itu sangat kering dan dingin.”

Pada tahun 2007, dia bergabung dengan pemberontakan melawan pemerintah yang dipimpin oleh seorang biksu. Sejak itu, dia bersembunyi.Tetapi dua tahun kemudian dia ditangkap oleh mata-mata pemerintah dan dijatuhi 15 tahun hukuman penjara.

Tahun lalu, dia akhirnya dibebaskan berkat amnesti yang diberikan oleh Presiden Myanmar.“Saya memutuskan untuk tidak bakal terlibat lagi dengan partai politik manapun begitu saya keluar dari penjara. Saya banyak belajar mengenai jurnalistik. Saat berada dalam penjara, saya banyak membaca buku dan belajar dari wartawan senior yang juga dipenjara.”

Namun setelah bebas, ia harus menghadapi kenyataan pahit: sulitnya cari kerja.“Sungguh sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Saya harus menunggu selama setahun. Beberapa surat kabar tidak mau memperkerjakan saya karena saya bekas tahanan politik. Saya juga bukan seorang sarjana.”

Perusahaan tidak ingin memperkerjakan bekas tahanan politik karena takut akan ancaman pemerintah.Hlaing Win Swe juga mempunyai pengalaman yang serupa. Dia dipenjara karena terlibat aksi pemberontakan anti pemerintah dalam gerakan mahasiswa pada tahun 1998. Dia menghabiskan 14 tahun di penjara sebelum pada akhirnya dibebaskan tahun lalu.“Saat saya dibebaskan, usia saya hampir 40 tahun. Di usia itu, rasanya mustahil ada yang mau memperkerjakan saya.”

Kebanyakan bekas tahanan politik ini berstatus mahasiswa saat dijebloskan ke penjara. Mereka bertahun-tahun dipenjara, dan kerap dipukuli serta diisolasi. Tak dapat dipungkiri kalau ini berimbas pada kesehatan mental mereka.Bahkan banyak di antara mereka yang menderita gangguan stress pasca-trauma. Tanpa adanya program rehabilitasi selepas dari penjara, tak jarang ditemui bekas tahanan politik yang akhirnya hidup di jalanan, menjadi gelandangan dan pengangguran.

Win Zaw Naing dan Hlaing Win Swe adalah segelintir orang yang cukup beruntung. Setelah penantian panjang mereka akhirnya mendapatkan pekerjaan. Sekarang Win Zaw Naing berprofesi sebagai seorang jurnalis di Venus News Journal atau Harian Berita Venus. Sementara iru, Hlaing Win Swe berencana untuk menjadi seorang supir taksi.

“Untuk langkah selanjutnya, saya ingin ikut kursus mengemudi. Jika saya bisa mengemudi, maka saya bisa mendapatkan pemasukan yang lumayan.”

Asosiasi Bantuan bagi Tahanan Politik organisasi yang menolong bekas tahanan politik untuk dapat kembali mandiri.“Mereka beranggapan kalau kecerdasan mereka telah hilang secara perlahan. Ketika para bekas tahanan politik dibebaskan, mereka sama sekali tidak punya pengetahuan dan keahlian,” tutur Bo Kyi, asisten Sekjen organisasi itu.

Organisasi ini memberikan pelatihan ketrampilan kepada para bekas tahanan politik.“Beberapa orang mempelajari ketrampilan memperbaiki ponsel. Beberapa memilih untuk berprofesi supir becak, ada juga yang merintis bisnis kecil-kecilan dan lainnya bergerak dalam bisnis pertanian dan peternakan. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk membantu mereka.”

Sejak Presiden Thein Sein berkuasa, ada ratusan tahanan politik yang dibebaskan dari penjara. Namun masih ada 200-an orang di balik jeruji besi.Banyak di antara mereka yang merasa digunakan sebagai alat politik – hanya dibebaskan saat ada kunjungan diplomatik atau Negara. Dan saat dibebaskan pun, mereka tak dapat bantuan apa pun dari pemerintah.

“Pemerintah harusnya mengakui bahwa ini adalah masalah serius. Dewan Parlemen juga harus mengakuinya. Langkah selanjutnya, Dewan Parlemen harus mengalokasikan dana untuk menangani masalah ini. Upaya ini diharapkan dapat membantu mereka,” ujar Bo Kyi.

Tanpa adanya bantuan yang tepat sasaran, orang-orang yang pernah dipenjara karena bersuara melawan ketidakadilan dan penindasan ini dikhawatirkan bakal bernasib malang seperti menjadi pengangguran dan tidak berdaya.

Artikel ini pertama kali disiarkan di Asia Calling, program berita radio aktual dari kawasan Asia yang diproduksi KBR68H, kantor berita radio independen di Indonesia. Asia Calling disiarkan dalam bahasa lokal di 10 negara di Asia. Temukan cerita lainnya dari Asia Calling di www.portalkbr.com/asiacalling

Facebook Twitter Share on Google+

Widgetized Section

Go to Admin » appearance » Widgets » and move a widget into Advertise Widget Zone