Home » Berita, Nasional » Mengenal Ajaran Master Cheng Yen

Mengenal Ajaran Master Cheng Yen



istimewa

Akhir tahun lalu lembaga Setara Institute melaporkan meningkatnya ancaman terhadap kebebasan beragama di Indonesia. Kasus-kasus kekerasan dan intimidasi terhadap umat penganut agama minoritas terus bermunculan dengan pelaku dari kelompok garis keras. Celakanya ada pembiaran dari negara. Pandangan yang sama juga disampaikan lembaga lain, seperti CRCS (UGM), Imparsial dan Kontras.

Berbagai pihak terus mendorong kampanye toleransi antarumat beragama. Bentuk dorongan misalya saling menghormati dan mencintai terhadap umat manusia tanpa menyoal agama yang dianut. Melihat ancaman-ancaman intoleransi yang muncul selama beberapa tahun terakhir, berbagai organisasi keagamaan terus menggelar dialog antarumat beragama. Umumnya mereka mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan penyelesaian masalah. Salah satu yang aktif menyuarakan nilai-nilai universal dan mendorong kehidupan yang damai adalah Master Cheng Yen dari organisasi Buddha Tzu Chi. Program Agama dan Masyarakat dari KBR68H dan Tempo TV, mengangkat figur Master Cheng Yen, bersama narasumber Agus Rijanto (relawan dan tokoh Buddha Tzu Chi Indonesia)

Menurut Agus, aktivitas Yayasan Buddha Tzu Chi, seorang biksuni Taiwan yang dikenal sebagai Master Cheng Yen, mendirikan satu badan amal. Mulanya tidak terpikir bahwa yayasan ini akan berkembang demikian pesat. “Beliau mendirikan badan amal karena melihat suasana Taiwan kala itu, yang baru terbebaskan dari penjajahan Jepang, yang kondisi ekonominya lebih sulit dari Indonesia,” jelas Agus.

Agus menambahkan, masyarakat di Taiwan umumnya menganut agama Buddha. Dalam agama Buddha dikenal ajaran bicara tentang Bodhisatva. Salah satu ajaran berbunyi, Bodhisatva datang ke dunia karena ada ikatan jodoh dengan orang-orang yang menderita. “Dengan adanya orang susah dimanapun maka ada Bodhisatva. Master Cheng Yen melihat penderitaan orang-orang di Taiwan yang makan saja sulit, beliau terketuk untuk membantu meskipun beliau sangat miskin,” tutur Agus.

Dalam pandangan Agus, orang bisa memandang yayasan tersebut sebagai suatu organisasi keagamaan karena namanya.Agus mengakui memang ada yang berbeda dengan penganut agama Buddha lain. “Kita lebih mementingkan apa yang bisa kita lakukan, lebih mengutamakan menciptakan surga bagi orang lain dulu,” papar Agus.

Artikel ini sebelumnya disiarkan di program Agama dan Masyarakat KBR68H. Simak siarannya di 89, 2 FM Green Radio, setiap Rabu, pukul 20.00-21.00 WIB

 

Facebook Twitter Share on Google+

Widgetized Section

Go to Admin » appearance » Widgets » and move a widget into Advertise Widget Zone