Home » Jogja » Dari Ormas Hingga Tukang Ojek Satu Suara Menolak Penaikan BBM

Dari Ormas Hingga Tukang Ojek Satu Suara Menolak Penaikan BBM



istimewa

Penaikan harga BBM yang direncanakan pemerintah mendapat tanggapan beragam dari masyarakat. Sebagian besar menolak dengan alasan menyengsarakan rakyat. Penolakan tersebut diungkapkan dengan sejumlah aksi yang digelar di berbagai kota, termasuk Jogjakarta.

Massa aksi yang tergabung dalam berbagai ormas atau aliansi menyatakan penolakan penaikan BBM dengan sejumlah alasan. HTI cabang Jogjakarta misalnya, yang melakukan aksi di nol kilometer Sabtu (15/6) menyatakan penolakan berdalih agama.

“Kami menolak karena ini tidak sesuai dengan Islam, sumber daya alam seperti migas harus dikelola sesuai syariah,” tegas koordinator aksi Rosyid Supriyadi.

Hari yang sama, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) UIN menggelar aksi serupa di pertigaan UIN. Koordinator Umum (Kordum) aksi, Sucipto, menyatakan alasan penolakan dari sudut pandang politik. Pemerintah, katanya, telah gagal membikin kebijakan dan mengelola sumber daya alam dan energi.

“Sehingga yang menjadi korban adalah masyarakat di kelas bawah. Pemerintah tidak serius dalam kebijakan pengentasan kemiskinan rakyat,” tambahnya.

Keberatan tidak hanya diutarakan oleh kelompok yang bergerak di ranah pergerakan politik. Penolakan juga diungkapkan oleh para tukang ojek. Sukendar, yang tergabung di komunitas Paguyuban Ojek Stasiun Lempuyangan mengatakan bahwa paguyubannya merasa keberatan dengan rencana penaikan harga BBM. Terlebih kenaikannya dirasa cukup tinggi. Namun, tambahnya, jika memang harus naik, pihaknya berharap penaikan tersebut dilakukan bertahap.

“Seharusnya bertahap, misal Rp1000 dulu. Sebaiknya juga jangan menjelang puasa seperti ini, karena nanti harga-harga kebutuhan naik, dan itu akan lebih memberatkan kami,” harapnya.

Facebook Twitter Share on Google+