Home » Berita, Internasional » Nasib Malang Polisi Cilik di India

Nasib Malang Polisi Cilik di India



Anak-anak berusia lima tahun harus menjadi polisi di India. Mereka dipaksa menjadi polisi lantaran ayah mereka yang berprofesi sebagai polisi telah meninggal. Hal ini diterapkan oleh kepolisian Chhattisgarh, India, sebagai rasa belas kasihan terhadap keluarga polisi yang telah ditinggal mati.

Animesh, salah satu contoh polisi cilik yang tengah berusia delapan tahun. Ia dipaksa menjadi polisi sejak usia lima tahun karena ayahnya telah mati saat menjalankan tugas kepolisian. Setiap tiga kali dalam seminggu Animesh harus pergi kekantor polisi untuk bekerja dengan mengenakan atribut ala polisi sungguhan. Padahal dia masih punya kewajiban untuk sekolah. “Dia tidak tahu apapun soal bekerja. Anak-anak lain seusianya masih bermain tapi kami harus menyuruhnya bekerja. Ini situasi yang sulit bagi kami tapi kami tidak punya pilihan,” jelas Sarojini (32), ibu Animesh.

Agar dapat bekerja, Animesh harus rela bolos sekolah untuk pergi ke kantor. “Saya pergi ke kantor setiap hari. Satu hari saya ke sekolah, besoknya saya bekerja di kantor. Tapi saya tidak mau ke sana. Mereka selalu mengolok-olok saya,” tambah Animesh.

Bukan hanya Animesh saja yang bernasib demikian. Ada kurang lebih 300-an anak yang mengalami hal serupa lantaran harus bekerja saat usianya masih kecil. Ada yang harus membawakan dokumen dari satu meja ke meja lain, membersihkan ruangan, serta menyajikan teh atau kopi untuk polisi senior. Ironisnya lagi, pihak kepolisian menggaji mereka hanya sebesar 800 ribu rupiah tiap bulannya.

Kasus ini mendapat tanggapan dari beberapa pihak, salah satunya adalah Asian Centre for Human Right yang telah mengajukan keluhan kepada pihak kepolisian terkait praktik tersebut. Namun sampai saat ini tidak ada satu tanggapan pun yang mereka terima. “Sangat tidak manusiawi menyuruh anak umur lima tahun pergi ke kantor bukannya ke sekolah. Kepolisian seharusnya memberikan gaji utuh pada keluarga polisi yang meninggal dalam tugas. Anak-anak sekecil itu tidak bisa diminta bekerja di kantor,”jelas Anirban Pathak, salah seorang aktivis HAM.

 

 

Artikel ini pertama kali disiarkan di Asia Calling, program berita radio aktual dari kawasan Asia yang diproduksi KBR68H, kantor berita radio independen di Indonesia. Asia Calling disiarkan dalam bahasa lokal di 10 negara di Asia. Temukan cerita lainnya dari Asia Calling di www.portalkbr.com/asiacalling

Facebook Twitter Share on Google+