Home » Jogja Kita » Perjalanan Geng Sekolah di Jogjakarta

Perjalanan Geng Sekolah di Jogjakarta



Dokumen Crowzero.org

Geng di Jogjakarta mulai terdengar tahun 1961. Adalah QZR yang mengawali perkembangan geng di Jogja. Konon, QZR lahir untuk melawan ketidakadilan akibat kisruh ekonomi dan sosial era Demokrasi Terpimpin Soekarno. Nasionalisasi aset asing oleh Soekarno tidak memberi dampak positif bagi masyarakat Jogja. Sebaliknya, nasionalisasi yang akhirnya dikelola oleh militer tersebut membuat inflasi ekonomi naik. Harga barang ikut naik sementara masyarakat kesulitan mencari pekerjaan.

Geng QZRH di awal bedirinya beranggotakan sekelompok remaja yang menjadi korban resisten ekonomi tersebut. Mereka kerap melakukan tindak premanisme untuk bertahan hidup. Sama seperti Anwar Congo yang diceritakan di Act Of Killing, anggota QZR bekerja mencatut tiket di bioskop President (sekarang Galeria Mall). QZR berkuasa di daerah utara Jogjakarta. Kemunculannya memantik orang-orang di daerah selatan untuk membikin geng juga. Namanya adalah Joxzin (Pojox Benzin). Joxzin banyak beranggotakan para santri di Kauman.

Satu dekade setelah berdirinya QZR dan Joxzin, pemerintah Orde Baru memberlakukan kebijakan yang dikatakan Wertheim sebagai politik lemari es. Parpol diciutkan jadi tiga. Struktur militer dipararelkan dengan administrasi-pemerintahan. Kekerasan diizinkan untuk menghentikan kecenderungan ideologi sosialisme. Kebijakan tersebut melahirkan satgas partai politik untuk meringankan kerja militer. Situasi ini menjadi berkah bagi geng QZR dan Joxzin. Menurut Muhammad Najib Azca, peneliti di Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) Universitas Gadjah Mada, mereka, yang pada awalnya preman geng jalanan biasa mulai terangkat derajat dan kelasnya ketika digunakan oleh parpol sebagai satgas. Banyak anggota QZRH menjadi satgas parpol Golkar dan PDI. Sedangkan Joxzin berafiliasi dengan PPP.

Lahirnya Geng Sekolah

Semakin besarnya geng Jogja karena menjadi bagian satgas parpol tahun 1970-an akhir hingga awal 80-an memengaruhi terbentuknya sejumlah geng pelajar. Tidak diketahui nama geng sekolah pertama yang muncul di tahun-tahun tersebut. Namun, geng pelajar itu merupakan hasil kaderisasi kedua geng besar tersebut untuk memperkuat dan memperbanyak massa. Kaderisasi pelajar ini akhirnya menjadi underbow (turunan) dari QZR atau Joxzin sekaligus menjadi awal kelahiran geng sekolah di Jogjakarta.

Basis massa remaja sekolah untuk QZR adalah BOSA (Bopkri I), BODA (Bopkri II), SMA Negeri 6 Jogjakarta, dan SMA Negeri 9 Jogjakarta. Sedangkan SMA yang dulunya sebagian besar basis massa Joxzin adalah SMA Muhammadyah 1 Jogjakarta dan SMA Muhammadiyah 2 Jogjakarta. Sama seperti QZR dan Joxzin, banyak geng pelajar yang merepresentasikan kedua geng besar tersebut bentrok.

Semakin besarnya geng di Jogjakarta dengan geng pelajar membuat gerakan masyarakat sipil di era 1960-an berpotensi bangkit kembali. Hal ini membuat negara ketar-ketir. Untuk itu di awal tahun 1980-an, tepatnya sejak 1983, meletus peristiwa Penembakan Misterius (Petrus). Preman-preman di Jogjakarta dihabisi oleh militer. Banyak pentolan preman di kedua geng jadi korban. Peristiwa ini juga membekukan underbow geng di kalangan pelajar. Sementara itu anggota geng yang menjadi anggota satgas sudah tidak mau mengurusi kelompok atau turunannya. Geng pelajar yang berafiliasi pada QZR atau Joxzin mulai meredup. Aksi vandal seperti mencoret tembok dengan nama geng atau tawuran juga jarang terjadi.

Kebangkitan Geng Sekolah Pasca Reformasi

Reformasi menjadi awal dari kebangkitan geng sekolah. Mulai saat itu mulai berdiri geng sekolah yang dikenal sampai sekarang. Baik itu Oestad (Muhammadiyah 1), Ranger (Muhammadiyah 2), Geneb (SMA 6 Jogja), Smuten (SMAN 10), dan lain sebagainya. Dalam kemunculannya, mereka tidak lagi terikat pada geng tertentu melainkan sudah berdiri sendiri.

Geng sekolah di Jogja pasca reformasi mengalami perkembangan. Mereka memiliki divisi tertentu yang mengurus semua keperluan geng. Model struktur geng sekolah ini dipersiapkan untuk tawuran. Adapun bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:

1.Penggerak

Penggerak adalah orang yang memimpin geng sekolah. Biasanya ia sudah dipilih oleh angkatan sebelumnya. Penggerak haruslah orang yang berani, bijaksana, dan bertanggung jawab.

2. Koordinator

Koordinator adalah orang yang mengeksekusi perintah dari penggerak. Misalnya saat penggerak ingin mengumpulkan dana/massa.

3. Bendahara

Bendahara adaalah orang yang memegang keuangan geng sekolah.

4. Juru Bicara

Jubir adalah orang yang pandai berbicara. Jubir dibutuhkan saat ada perundingan damai dengan geng sekolah lainnya.

5. Garis Keras

Garis Keras adalah orang yang berani atau nekad. Pada saat konvoi dan tawuran misalnya, kelompok ini berada di paling depan.

6. Jago Sparing

Jago sparing biasanya adalah orang yang memiliki ilmu bela diri. Mereka diajukan saat menantang atau ditantang sekolah lain sparing.

7. Penggede

Penggede adalah orang yang menjadi panutan di angkatannya. Biasanya Penggede adalah orang yang tidak naik atau dikeluarkan dari sekolah tapi masih aktif di geng tersebut.

8. Alumni

Alumni adalah orang yang sudah lulus tapi masih aktif di geng tersebut.

9. Mata-mata

Mata-mata adalah orang yang tinggal di kawasan musuh. Tugasnya adalah memantau, melaporkan perkembangan, kemajuan, atau kemunduran geng musuh.

10. Tukang Vandal

Tukang Vandal adalah orang yang hobi coret-coret. Tugas dia adalah melakukan vandal tags geng sekolahnya sebanyak-banyaknya di malam hari.

Tawuran

Dalam realitas kekinian, tawuran menjadi produk geng sekolah. Fenomena ini sebenarnya bukan hal baru, namun memasuki tahun 2000-an, tawuran semakin sering dan semakin beringas. Anggota geng sekolah tidak lagi hanya sekedar lempar batu atau tangan kosong, melainkan sudah memakai senjata tajam.

Saat tawuran, geng sekolah di Jogjakarta mempunyai istilah tertentu. Adapun istilah tersebut adalah sebagai berikut:

Kliteh

Kliteh adalah konvoi memutari kota dan biasanya melewati markas geng sekolah. Kliteh menggunakan motor yang dinaiki 2 orang, yaitu Jongki dan si pembonceng, Kliteh memakai formasi 2-2 (2 motor kebelakang).

Gembyeng

Gembyeng adalah keadaan saat sudah terjadi tawuran.

Ngetem

Ngetem adalah membagi kelompok menjadi dua. Satu kelompok menunggu di suatu tempat dan sisanya memancing musuh untuk dibawa ke tempat kelompoknya menunggu.

Tempuk Motor

Tempuk Motor adalah perkelahian atau pelemparan batu pada posisi di atas motor.

Facebook Twitter Share on Google+