Home » Jogja Kita » Festival Mencariharyadi : Kritik ala Seniman Jogja

Festival Mencariharyadi : Kritik ala Seniman Jogja



Agung Kurniawan saat menggelar konferensi pers di kedai kebun, Rabu (9/10). (Foto: Kresna)

Salah satu fungsi seni selain keindahan adalah sarana menyampaikan kritik. Hal itulah yang menjadi dasar bagi sejumlah seniman di Jogjakarta untuk menggelar Festival Mencariharyadi.

Artistic Director Festival Mencariharyadi, Agung Kurniawan mengatakan gagasan awal menyelenggarakan festival tersebut karena kekecewaan dari sejumlah seniman dan warga Jogja terhadap kepemimpinan Walikota Jogja, Haryadi Suyuti.

“Idenya sederhana, banyak orang susah menemui Haryadi, bahkan sampai Gusti Hemas pernah bilang, ‘haryadi neng ndi to?’ ini yang jadi ide festival ini,” kata Agung saat menggelar jumpa pers di kedai kebun, Rabu (9/10).

Beberapa hal yang menjadi kritikan dari seniman di antara soal sampah visual dan kegiatan kesenian, budaya dan komunitas tidak mendapat dukungan dari pemerintah.

“Contohnya soal sampah visual, tempat-tempat yang harusnya bersih justru dipakai untuk iklan-iklan mural, belum lagi JJC hilang, Last Friday Ride juga tidak dirawat,”jelasnya.

Meski demikian, dia tidak bermaksud melakukan bullying dengan menggunakan nama Haryadi sebagai nama festival. Menurut dia nama Haryadi dipinjam sebagai simbol kepemimpinan di kota Jogja.

“Kami sama sekali tidak ada maksud apa-apa, nama Pak Haryadi ini jadi simbol saja, kami menghormati Pak Haryadi,” ujar Agung.

Festival Mencariharyadi ini berlangsung mulai 6 oktober 2013 hingga 8 maret 2014 dan melibatkan sejumlah seniman kondang seperti Djaduk Ferianto, Ong Hari Wahyu dan Marzuki Kill The DJ.

Facebook Twitter Share on Google+