Mengenang Harun Nasution, Seorang Filosof Tasawuf
Genap 15 tahun Indonesia telah kehilangan sosok seorang pemikir sekaligus pembaharu dalam dunia Islam di tanah air. Gagasan dan pemikirannya telah mencerahkan kehidupan berbangsa dan beragama. Dia adalah Profesor Harun Nasution. Dilahirkan di Pematangsiantar, Sumatera Utara 23 September 1919, Harun kecil dikenal gemar mendalami ilmu pengetahuan. Semangat untuk menimba ilmu terus ia perlihatkan.
Semasa hidupnya Prof Harun sempat mengajar di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ciputat yang kini berubah nama menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah). Guru Besar UIN, Prof Amin Suma menceritakan bahwa Prof Harun semasa menjadi dosen dikenal sebagai sosok yang sangat rasional dan juga tidak pernah membeda-bedakan mahasiswanya.
“Pada tahun 70-an saat itu saya masih menjadi mahasiswa Prof Harun. Saat itu dia belum menjadi rektor. Dia setiap minggu pasti menggelar kuliah umum yang bisa dihadiri siapa saja. Dia tidak segan-segan berdiskusi dengan siapa saja yang hadir di kuliahnya. Penjelasannya selalu rasional dan segar,” kenang Prof Amin
Menurut dia Prof Harun memiliki pengetahuan yang sangat luas dan mendalam mengenai dunia Islam. Bahkan Prof Amin memandang sosok yang kemudian menjadi rektor UIN periode 1973 -1983 itu sebagai filosof tasawufi. Pemikirannya selalu didasari oleh logika filsafat namun secara perilaku dia juga sangat kental dengan nilai-nilai tasawuf yang bagi sebagian orang dinilai justru bertentangan dengan logika filsafat itu sendiri.
Hal tersebut dibenarkan oleh cendikiawan muslim muda dari NU, Ulil Abshar Abdala. Menurut Ulil, Prof Harun merupakan contoh baik seorang tokoh yang menguasai filsafat dan tasawuf sekaligus. Itulah sebabnya dia selalu memandang sebuah masalah dari aspek yang luas. Ulil juga memandang Islam dalam penafsiran Prof Harun menjadi lebih fleksibel dan mencerahkan. Gagasannya yang selalu memandang Islam itu rasional dari berbagai sudut pandang mengantarkannya sebagai salah satu tokoh Islam yang berhasil mencerahkan banyak orang.
“Di tangan Pak Harun Nasution pemikiran islam jadi keren karena dia selalu menggunakan sumber dan kepustakaan yang sangat beragam. Al Quran dan Hadis memang harus juga ditunjang oleh berbagai sumber ilmu lainnya. Itulah yang membuat buah pemikirannya selalu segar,” tutur Ulil
Salah satu gagasan penting yang ingin disampaikan Prof Harun Nasution adalah Islam sebagai agama yang rasional. Gagasannya ini salah satunya ia tuangkan dalam tesisnya yang membahas tentang Muhammad Abduh, seorang tokoh pembaharu Islam di Mesir pada akhir abad 19. Prof Harun mencoba menyampaikan pemikiran Abduh yang menjelaskan bahwa Islam itu tidak bertentangan dengan peradaban modern dan ilmu sains karena ilmu-ilmu tersebut juga merupakan bagian penting dalam Islam sendiri.
Selain itu gagasan lainnya yang juga penting adalah Prof Harun berusaha mengenalkan kepada masyarakat Indonesia tentang pendekatan Islam yang lebih komperehensif. Dia menemukan bahwa selama ini Islam di Indonesia selalu dipandang dari sudut-sudut terbatas seperti fiqih dan hukum islam saja. Padahal masih banyak pendekatan lainnya yang bisa digunakan untuk memandang Islam.
“Prof Harun itu mengenalkan pendekatan islam yang multidimensi. Ada fiqih, teologi, ada falsafah, ada mistisisme atau tasawuf, ada sejarah juga. Kalau kita membaca buku Prof Harun yang dipandang dari berbagai aspek itu, kan terbentuknya berbagai sekte-sekte dalam Islam itu tidak lepas dari sejarah politik. Jadi tidak bisa kita memandang dari satu atau dua sudut saja dalam melihat masalah,” kata Ulil
Prof Harun Nasution adalah sosok pemikir Islam yang langka. Tidak banyak tokoh lain yang mampu menafsirkan rasionalitas islam dengan baik sebaik beliau. Guru Besar UIN Jakarta, Prof Amin Suma mengatakan Prof Harun telah menanamkan fondasi Islam modern di Indonesia. Fondasi inilah yang harus diteruskan oleh tokoh-tokoh pembaharu Islam selanjutnya.
“Susah memang menemukan sosok seperti Prof Harun lagi namun nanti pasti ada tokoh-tokoh baru yang akan melanjutkan buah pemikiran beliau. Sekarang studi Islam yang rasional juga terus berkembang dan sudah banyak orang yang memperlajari dan mendalaminya,” kata Amin.
Artikel ini sebelumnya disiarkan di program Agama dan Masyarakat KBR68H. Simak siarannya di 89, 2 FM Green Radio, setiap Rabu, pukul 20.00-21.00 WIB