Sebelum Ditangkap, Seniman Jogja Diintimidasi Dengan Senjata Api
Muhamad Arif seorang seniman mural Jogja terpaksa harus berurusan dengan pihak kepolisian karena dituduh melakukan tindak pidana ringan karena mencoret-coret dinding jalan. Kejadian tersebut bermula ketika arif yang melihat tulisan “Jogja Ora Didol” di dinding salah satu bangunan di jalan parangtritis yang tidak rapi, Selasa (08/10) dini hari.
Arif pun berinisiatif untuk memperbaiki tulisan tersebut supaya enak dilihat. Namun saat sedang memperbaiki, ia dihampiri empat orang petugas. Dua orang diantaranya berseragam dan dua lainnya tidak.
“Waktu itu Arif disuruh turun, tapi nggak mau, terus satu orang petugas menunjukan senjata api, baru Arif mau turun karena takut,” cerita Yoan Vallone, sahabat Arif pada wartawan, Rabu (9/10).
Rencananya esok kamis (10/10) Arif akan menjalani persidangan di pengadilan negeri pukul 09.00 pagi.
Sementara itu sejumlah seniman di Jogjakarta menyayangkan kejadian tersebut. Agung Kurniawan, Artistik Director Festival Mencari Haryadi mengatakan kejadian tersebut tidak sepatutnya terjadi di Jogja sebagai kota kebudayaan dan kesenian.
“Sangat disayangkan itu terjadi di Jogja, kita sudah hampir kembali ke zaman Orde Baru dimana aspirasi berkesenian dikekang dengan senjata,” kata dia.
Dia melanjutkan kritik yang disampaikan lewat tulisan Jogja Ora Didol merupakan hal wajar karena pada dasarnya selain sebagai keindahan, seni juga mempunyai fungsi kritik.
“Seni itu punya fungsi kritik, jadi seni mural jalanan yang menggambarkan kritik itu wajar saja, ini kok pemerintah sepertinya takut dengan seni,” tandas dia