Makna Filosofis Upacara Siraman
Upacara siraman adalah salah satu ritual adat Jawa yang dilaksanakan menjelang pernikahan seseorang. Kata siraman berasal dari bahasa Jawa yaitu siram yang berarti mandi. Siraman bisa diartikan sebagai memandikan calon pengantin. Dengan memandikan calon pengantin, diharapkan calon pengantin bisa bersih lahir dan batin menjelang pernikahan.
Upacara siraman biasanya dilaksanakan sehari sebelum acara ijab. Siraman biasanya dilaksanakan di rumah masing-masing pengantin. Biasanya waktunya dibuat berbarengan namun berbeda lokasinya. Upacara siraman biasanya dilakukan oleh para pinisepuh atau orang-orang yang telah tua dan dituakan, terutama orang yang telah mempunyai cucu atau setidak-tidaknya orang tua yang telah berputra dan mempunyai budi perilaku yang dapat dijadikan teladan karena akan diminta berkahnya.
Sebenarnya jumlah orang yang memandikan pengantin tidak dibatasi. Walaupun tidak dibatasi jumlah orangnya, upacara siraman harus dilakukan dengan jumlah orang yang ganjil. Biasanya, dalam melakukan upacara siraman ada tujuh orang yang memandikan calon pengantin. Tujuh dalam bahasa Jawa berarti pitu. Pitu disini memiliki makna pitulungan atau pertolongan. Pitulungan disini bisa diartikan meminta pertolongan pada Sang Pencipta maupun kepada sanak saudara.
Ada beberapa benda yang harus disiapkan dalam upacara siraman. beberapa benda tersebut antara lain air dari berbagai sumber air, kembang setaman, konyoh manca warna dan dua butir kelapa yang sudah tua. Selain benda-benda tersebut, masih ada beberapa benda yang lainnya.
Air dari berbagai sumber air memiliki makna agar calon pengantin menjadi murni/suci dan bersih lahir batin. Hal ini dipercaya merupakan persiapan untuk menyambut kedatangan sang bidadari yang akan turun dari surga untuk memberikan doa restu dan ikut mempercantik pengantin putri maupun mempertampan pengantin putra yang akan melangsungkan pernikahan.
Kembang setaman merupakan bunga-bunga yang tumbuh di taman seperti mawar, melati, kanthil dan kenangan. Bunga-bunga ini ditaburkan ke dalam air yang akan dipakai untuk siraman supaya menjadi harum. Ada beberapa jenis bunga di dalam kembang setaman. Salah satunya adalah bunga Sritaman. Kembang Sritaman mengandung arti agar keharuman yang dimiliki bunga siraman tersebut akan meresap ke tubuh calon pengantin hingga menjadi harum tubuhnya dan kelak dapat membawa keharuman nama keluarga di tengah masyarakat.
Konyoh manca warna merupakan lulur/bedak basah yang dibuat dari tepung beras dan kencur serta bahan pewarna. Manca atau panca (lima) warna (warna maksudnya lima macam warna. Jadi Konyoh Manca Warna artinya lulur yang terdiri dari lima macam warna, meliputi merah, kuning, hijau, biru dan putih. Penggunaan konyoh manca warna memiliki arti bahwa dengan lima macam konyoh atau lulur yang digosok-gosokkan ke tubuh pada saat siraman maka diharapkan bermacam-macam cahaya bersinar menjadi satu dan meresap ke dalam tubuh calon pengantin sehingga tampak antik dan mempesona.
Sedangkan dua butir kelapa hijau tua yang diikat menjadi satu mengandung makna agar kelak kedua mempelai selalu hidup rukun dan tetap hidup berdampingan sampai akhir hayat atau hidup rukun sampai kaken-kuken ninen-ninen.
*Disarikan dari berbagai sumber