Indonesia U-23 VS Timor Leste: Belajar Melihat Gawang Lawan
Lini depan timnas U-23 tidak efektif. Beberapa kali peluang di depan gawang tidak berhasil diselesaikan. Selain itu juga banyak kehilangan bola di pertahanan lawan. Permainan sayap juga tidak efektif. Crossing pemain sayap juga tidak efektif.
Demikian evaluasi Rahmad Darmawan terhadap timnas U-23 selepas laga melawan Timor Leste di Stadion Maguwoharjo, Rabu (30/10) malam. RD juga mengutarakan kekecewaannya dengan permainan timnas dalam skor yang berakhir kacamata tersebut. Strategi penyerangan yang dibangun dari belakang. Keluhnya, kerap buntu karena bola selalu gagal dikuasai.
Dalam pertandingan, Timnas memang kerap kehilangan bola di depan kotak penalti lawan. Mengawali pertandingan dengan formasi 4-2-3-1, Timnas melancarkan serangan lewat Ramdahani Lestaluhu dan Bayu Gatra di sayap. Fandi Eko Utomo, yang menjadi striker tunggal diharapkan menunggu umpan tarik atau crossing dari Ramdani atau Bayu. Seperti kata RD, instruksinya gagal total. Umpan crossing dari kedua sayap mental di barisan pertahanan Timor Leste yang berpostur tinggi. Tusukan dari kedua sayap juga gagal menembus pertahanan yang dikawal Adelino dan Paulo Cesar.
Gagal lewat sayap 30 menit babak pertama, timnas mengubah strategi. Timnas mengubah pusat permainan ke duet gelandang Rizky Pellu dan Dedi Kusnandar. Namun jarak antara lini depan dan gelandang terlalu jauh. Mereka hanya mengirim bola lambung ke Fandi. Namun, lagi-lagi strategi itu gagal. Umpan sangat mudah dihalau bek yang menjaga ketat penyerang bernomor punggung 14 tersebut.
Kondisi ini membikin timnas hanya mampu menciptakan enam peluang di babak pertama. Itu pun dari lewat dua kali tendangan bebas Pahabol dan Bayu Gatra, lalu lewat tendangan jarak jauh dan sundulan Alvin T, juga dari Ramdani Lestaluhu yang mengenai tiang luar. Dari enam tembakan, tiga off dan tiga on.
Memasuki babak kedua, RD memasukan Andik menggantikan Ramdani Lestaluhu, Aldaier menggantikan Fandi, dan Dedi Kusnandar digantikan Nelson Alom. Pergantian ini berhasil menghidupkan lini sayap, terutama di kanan yang diisi Andik. Lini tengah juga lebih terjaga dengan masuknya Nelson. Nelson berhasil menutup ruang playmaker Timor Leste, Joao Paolo. Namun, terjaganya lini tengah dan hidupnya sayap tidak banyak membantu. Aldaier tetap jarang menerima bola. Crossing dan umpan tarik dari kedua sayap tetap mudah dipatahkan.
Untuk menambah gaya gedor, RD sempat memasukan Okto menggantikan Bayu Gatra di 15 menit sisa waktu babak kedua. Mentan pelatih Sriwijaya FC itu juga memasukan Egy Melgiansyah. Menemani Alom di lini tengah, Egy difungsikan menjadi deep playing playmaker. Masuknya kedua pemain ini membuat timnas lebih banyak menguasai bola. Egy mengatur serangan dari lini tengah. Timnas benar-benar mengontrol pertandingan. Namun, lagi-lagi tidak mampu menembus lima bek dan tiga dua gelandang bertahan Timor Leste.
Di babak kedua ini timnas hanya lima kali melakukan tembakan. Dua dari bola mati, yaitu Andri Ibo, dan tandukan Alvin memanfaatkan umpan tendangan sudut Andik. Andik juga membukukan dua kali tembakan, namun masih melebar dan melambung di mistar. Satu peluang matang lahr dari kaki Alvin memanfaatkan umpan tarik Andik. Namun, sontekannya masih melambung di atas mistar. Sontekan ini menjadi satu-satunya peluang matang dalam pertandingan persahabatan ini.
Lima bek dan dua gelandang bertahan yang dipakai Timor Leste membuat timnas frustasi. Lima bek di dalam kotak penalti membuat Andik dkk. kehabisan akal menembus pertahanan. RD, juga tak bisa berbuat banyak. Ia tetap menggunakan formasi yang sama dengan babak pertama. Gawang lawan memang terlihat dari lapangan tengah namun seolah lenyap ketika bola berada di sayap dan pemain depan. RD pun dalam jumpa pers mengakui hal ini.
“Saya memang menginstruksikan serangan dari sayap. Di babak pertama, kita kewalahan tapi mampu memperbaiki permainan di babak kedua. Namun, lini depan kerap gagal menembus pertahan,” ujarnya.