Home » Olahraga » Religiusitas Timnas U19

Religiusitas Timnas U19



dokumen gettol.com

Beberapa waktu lalu tim sepakbola nasional Indonesia usia di bawah 19 tahun sukses meraih gelar Piala AFF U19. Ini mengakhiri 22 tahun paceklik gelar sepak bola Indonesia di tingkat internasional. Timnas U19 juga lolos ke putaran final Piala AFC tahun depan.

Menarik dicermati, setiap kali para pemain mencetak gol, ekspresi keberagamaan selalu muncul. Bagi yang muslim serempak sujud syukur, ada juga yang bersimpuh bersedekap bagi pemain Nasrani. Spiritualitas seperti memberi motivasi para pemain untuk meraih kemenangan. Pelatih Indra Sjafrie beberapa kali mengatakan , “semua bisa dikalahkan, kecuali Tuhan.”

Spiritualitas para pemain timnas junior itu diakui oleh asisten pelatih Nursalem Hargianto. Kata dia, staf pelatih kerap menganjurkan agar mereka bersujud syukur usai mencetak gol atau ketika memenangkan pertandingan.

Nursaelan menambahkan, anak asuhnya sangat plural baik dari segi agama maupun budaya. Hal itu karena mereka dibentuk dari hasil pemantauan ke berbagai pelosok tanah air. ” Timnas U19 mencerminkan keanekaragaman Indonesia. Kita mengumpulkan para pemain dari seluruh penjuru nusantara,” kata Nursaelan.

Latar belakang timnas junior yang plural itu mau tidak mau harus diimbangi oleh sikap toleran dari staf pelatih. “Ini menjadi nilai plus dalam rangka mendongkrak prestasi timnas,” kata Nursaelan.

Menanggapi religiusitas dan kekompakan para pemain di timnas junior, salah satu pemain Timnas U19 Muhammad Hargianto mengaku kerap menghaturkan doa sebelum pertandingan.” Kadang saya solat duha terlebih dahulu sebelum main,” ujar gelandang berbakat itu.

Pengamat sepak bola Budiarto shambazy mengatakan, kepatuhan dalam beragama menjadi hal yang penting meski tidak langsung berhubungan dengan prestasi timnas. “Agama merupakan salah satu aspek pendorong untuk mencapai prestasi,” kata dia. Dia mencontohkan beberapa pemain yang taat beragama dan sukses di lapangan hijau. “Contohnya Zinedine Zidane,” imbuhnya.

Dampak positif dari religiusitas menurut Budiarto Shambazy adalah terciptanya sosok panutan. “Pelatih harus menjadi panutan baik di dalam maupun di luar lapangan,” katanya. Lebih dari itu, masih ada hubungan positif antara sepak bola dan agama. “Sepak bola bisa menyatukan konflik antar agama,” imbuhnya. Dia mencontohkan pada 2006 lalu pernah dibentuk sebuah tim yang beranggotakan pemuda-pemuda yang berasal dari dua desa yang bertikai saat konflik Ambon. Hasilnya, tim tersebut berhasil mengalahkan beberapa tim papan atas liga nasional.

 

“Artikel ini sebelumnya disiarkan di program Agama dan Masyarakat KBR68H. Simak siarannya di 89, 2 FM Green Radio, setiap Rabu, pukul 20.00-21.00 WIB”

Facebook Twitter Share on Google+