#30TahunSlank
Konser #30TahunSlank: Aroma Nostalgia dan Tantangan Bagi Slankers
Konser nostalgia. Itulah yang terlihat dari konser pemanasan perayaan ulang tahun Slank ke-30 bertajuk Nggak Ada Matinya di Stadion Kridosono, Senin (2/12) malam. Slank berhasil membawa nostalgia sebagian slankers yang memang mendengarkan musik mereka era 80 hingga 90an. Sebagian lagi, yang mulai mendengarkan Slank era 2000an juga tidak kalah bernostalgia. Nostalgia itu tidak hanya dihadirkan melalui lagu-lagu yang dibawakan, melainkan juga melalui film dokumenter dan cuplikan film tentang perjalanan Slank di tiga layar raksasa di kiri, tengah, dan kanan panggung konser.
Pukul 19.30 WIB, slankers yang terdiri dari berbagai lapisan usia mulai tidak sabaran. Mereka meneriakan nama Bimbim berulang kali. Proyektor dihidupkan. Slankers mengira ketika layar dihidupkan konser sudah hendak dimulai. Namun layar menampilkan video sponsor.”A*u ki, kapan mulai ne konser e. Wes ket mau e, malah iklan (kapan konser dimulai, sudah dari tadi nih, malah iklan)” kata seorang Slankers dengan nada ketus. Nama Bimbim terus diteriakan para slankers yang sudah tidak sabaran. Teriakan semakin menjadi ketika Bunda Iffet muncul di atas panggung.
“Anak-anaku, Bunda mau minta sama kalian semua di sini jangan bikin malu Slank. Nonton yang tertib, jangan tawuran. Juga yang bawa kayu buat bendera supaya diturunkan, kasihan penonton yang dibelakang juga pengen nonton. Janji ya yang tertib,” kata Bunda Iffet yang kemudian direspon dengan teriakan, “Janjiiiiii,” kata Slankers.
Bunda Iffet juga secara resmi membuka konser pemanasan perayaan HUT Slank ke-30 ini dengan mengajak slankers menonton film Slank berjudul PLUR. Film yang berisi pesan tentang perdamaian,. cinta, dan persatuan ini dibuat sekitar sepuluh tahun yang lalu. Bercerita tentang lima personel Slank yang tidak sengaja menemukan sarang teroris. Ketika film diputar, aroma nostalgia sudah tercium dalam konser. Para Slankers digiring untuk melihat Slank 10 tahun ke belakang. Selama 30 menit, mereka melihat bagaimana Kaka, Abdee, Bimbim, Ridho, dan Ivanka sepuluh tahun yang lalu ketika membuat album PLUR.
Setelah film selesai dan bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya, Bimbim naik ke panggung. Ia langsung duduk di drum set miliknya. Slankers menyambut Bimbim dengan antusias. Kemudian satu per satu personel Slank mengiuti Bimbim. Slank langsung menghentak dengan membawakan sejumlah nomor lawas bergenre Blues. Mulai dari Gosip Jalanan, Teng-Teng Blues, atau tembang lawas seperti Full Moon Blues digeber oleh band yang berdiri tahun 1983 ini.
Slankers ikut bernyanyi. Fans Slank generasi 80 dan 90an yang banyak terkumpul di sebelah kiri panggung membentuk koor yang tak kalah kerasnya dengan Slankers di depan panggung. Selesai empat lagu, Kaka menyapa Slankers dari banyak generasi. “Piye kabare? apik? waras? seneng banget bisa bawain lagu-lagu seperti ini lagi di Jogja. Oh ya, tahun lalu kita ke Jogja konser Rock n’Religi. Malam ini tema konsernya Blues Night di Jogja,” kata Kaka yang kemudian langsung dilanjutkan dengan lagu Blues lain dan solo bass Ivanka.
Sesuai janji Slank sebelum konser bahwa mereka akan membagi konser dengan tiga konsep, paska Blues mereka pun berganti konsep menjadi akustik. Di sesi ini Bimbim kerap berkisah soal cerita dalam lagu yang hendak dibawakan. Bimbim berkisah tentang bagaimana kita harus mencintai alam dalam Alami, kehidupan dan kesederhanaan warga Papua di Lembah Baliem, dan kembali mengajak bernostalgia lewat tembang HAMburger dalam album Minoritas (1996). “Kenapa kita harus menunggu adanya bencana atau terkuaknya HAM yang ada di Indonesia dulu baru kita bersatu?” ucap Bimbim sebelum memainkan HAMburger.
Hendak ke sesi tiga, Slank memutar cuplikan film perjalan mereka bertajuk Nggak Ada Matinya. Film yang akan tayang pada 24 Desember 2013 ini mengisahkan tentang karier, kehancuran karena drugs, dan kebangkitan kembali setelah bebas dari narkoba. Penonton, nyaris diam ketika melihat cuplikan adegan peristiwa yang dialami personel Slank di tahun 90an. Terlebih ketika adegan Bimbim dan Kaka direhabilitasi karena drugs. Di akhir cuplikan film, Slankers bertepuk tangan keras menyusul kalimat penutup aktor pemeran Bimbim. “Slank yang baru adalah Slank yang bebas drugs. Dan selama republik ini masih berdiri, Slank tidak akan mati,”
Selanjutnya, Slank tidak berhenti bernostalgia di sesi tiga saat membawakan lagu-lagu hits. Jika di sesi pertama dan kedua, mereka mengajak nostalgia lewat lagu dan film, di sesi terakhir ini mereka mengajak Slankers mengingat sosok Imanez. Penyanyi Reggae yang telah tiada ini memang bagian dari Slank. Ia besar di Gang yang sama dengan Slank. Sebuah lirik Imanez yang belum dipublikasikan dibuat lagu oleh Slank di labum terbaru Nggak Ada Matinya. Berjudul Yoman, Slank mengajak anak Imanez turut bernyanyi di atas panggung. Memang, sebelum manggung, Slank bertutur pada beritajogja.co.id bahwa lagu ini memang sengaja dibuat dari lirik Imanez sebagai penghormatan.
“Imanez ini teman baik Kaka. Kalau ketemu Imanez, Kaka selalu nyapa, ‘yo man’ gitu. Jadi lagu ini kami buat dan bawakan sebagai penghormatan bagi almarhum Imanez,” kata Bimbim sebelum menggelar konser.
Malam tadi Slank benar-benar berpesat bersama Slankers. Mereka mengajak sebagian Slankers ke atas panggung dan berjoget bersama di lagu Orkes Sakit Hati. Selama sesi ketiga ini, Kaka sering berinteraksi dengan Slankers. Ia menawarkan minum, menaburkan bunga ke Slankers, dan turun ke bawah menyapa Slankers. Laiknya band yang tengah merayakan ulang tahun, mereka juga meniup lilin di atas panggung. Wajah kelima personel Slank semakin sumringah ketika perwakilan Slankers naik ke tas panggung dan mengucapkan selamat pada Bimbim.
Menutup konser dengan lagu Kamu Harus Pulang, Kaka di pertengahan lagu menantang para Slankers. “Gua tantang para Slankers semua kalau ketemu lagi sama tur tahun depan agar lebih nasionalis. Nggak ada lagi bendera-bendera daerah kayak Slank Boyolali, Jogja, Cirebon, dan lain sebagainya. Yang ada hanya bendera Slank yang menunjukan nasionalisme bagi Indonesia. Pada berani nggak tahun depan?,” tantang Kaka.