Review Album
‘Nggak Ada Matinya’: Album Ganas di Usia 30
Band Rock n’Roll paling konsisten selama 30 tahun terakhir, Slank, kembali merilis album terbaru berjudul Nggak Ada Matinya. Album ini dirilis setahun setelah I Slank U dan berdeketan dengan HUT ke-30.
Bimbim dan Kaka sudah 30 tahun bersama Slank. Sedangkan Ridho, Abdee, dan Ivanka sudah 17 tahun. Usia mereka bisa dibilang sudah tidak muda lagi. Tapi, sesuai dengan judul album ini, Mereka memang nggak ada matinya. Usia tak ada hubungannya dengan semangat dan emosi mengusung musik Rock n’Roll, Rock, atau Blues yang berkualitas.
Sebuah karya yang mengagumkan dengan banyak komposisi cerdas lahir dari letupan emosi dan semangat itu. Sejak track Nggak Ada Matinya, semangat ini mulai terasa. Apalagi di lagu ini Slank memasukan rasa metal. Kaka menghajar nada-nada tinggi tanpa ampun setelah berteriak,”selama republik ini masih berdiri, Slank nggak akan mati,”
Woles menjadi track kedua dengan tempo sedang di awal lagu, kemudian berubah menjadi cepat di tengah-tengah. Perubahan ini seakan memfasilitasi Ridho dan Abdee untuk unjuk kebolehan memainkan melodi cepat. Di lagu bernuansa Blues ini, Slank menyindir masyarakat produk Orba. “Generasi baru hasil orde baru nggak beda jauh, mental rusak, otak korup. Nyeeeeet,” sindir Kaka.
Komposisi cerdas hadir lagi di lagu King Bim2x. Melodi gitar dari awal hingga akhir lagu dibalut dengan sound Squared kibor. Ditambah lagi dengan beat bass yang dengan bakal membuat kita ikhlas bergoyang.
Setelah puas bergoyang, Slank bakal memaksa untuk merenung di track Ngindonesia sejak Pidato Soekarno soal pancasila dimasukan di awal lagu. Yang unik dalam lagu ini adalah menyatunya dua sound gitar dengan nuansa berbeda. Abdee dengan sound bright dan Ridho dengan sound dark kala memakai talk box.
Di track Yo Man, Slank membawakan lagu yang liriknya dibuat oleh Imanez. Bernuansa Reggae, Slank mengajak anak Imanez, Vaya untuk berduet. Jgn ke Jkt berkisah soal orang-orang yang berubah sejak di Jakarta. Dalam lagu yang mirip Preman Urban di album Tujuh ini Slank memasukan instrumen biola.
Hey Yo Les Go memiliki struktur yang sama dengan dua lagu pertama. Bertempo sedang di awal, cepat di tengah, lalu kembali santai. Slank membuktikan bahwa mereka pantas menyandang predikat seniman di lagu System. Menyindir istilah-istilah yang kerap dipakai pejabat Orba pada Soeharto, lagu ini dibawakan secara Acapella.
Dua lagu terakhir dalam Nggak Ada Matinya, kembali dikuasai Ridho dan Abdee. Duo gitaris ini beradu skill dalam nuansa country di Jl.Potlot. Lalu dalam Terakhir, melodi keduanya bersahutan saat memasuki bagian reff hingga mencapai klimaks di akhir lagu.
Secara keseluruhan, semua bagian dari album ini terdengar sangat istimewa dan memiliki dimensi yang luas. Komposisi di tiap lagu harmonis dan dieksekusi dengan matang juga full skill. Sebuah album yang memang membuktikan bahwa Slank masih tetap ganas di usia 30 tahun.