Jogja
Budayawan: Jogja Kehilangan Identitas
Menjelang 2014 pembangunan mall dan hotel di Jogjakarta semakin massif. Dari sekian banyak bangunan, sedikit sekali yang menampilkan identitas ke-Jogjakartaan.
Dilihat dari sudut pandang teori trikon, yaitu, konsentris, kontinuitas, dan konvergensi, pembangunan harus berpusat. Pembangunan harus berpusat pada tradisi, berkelanjutan, dan adanya perpaduan. Dilihat dari sana, pembangunan di Jogja ini tidak berpadu, hingga kehilangan identitas.
Demikian analisa Dr.Purwadi, budayawan, dalang, sekaligus dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini mengomentari tentang pembangunan di Jogja, Jumat (6/12) malam. Selain mengomentari tentang banyaknya bangunan hotel atau mall yang tidak berakuturasi dengan budaya, ia juga menyayangkan pehilangan bangunan yang bernilai sejarah di Jogja.
“Akibat pembangunan ini berapa banyak pasanggrahan atau padepokan yang berfungsi?. Semakin sedikit. Hilang karena dianggap tidak modern. Harusnya seiring dengan bertambahnya bangunan hotel atau mall, pasanggrahan juga semakin banyak,” katanya ketika ditemui di kampus UNY.
Selain hotel dan mall, beberapa nama jalan juga akan diubah kembali seperti aslinya. Contohnya Jalan Mangkubumi akan diubah menjadi Margo Utomo dan Jalan Ahmad Yani diubah menjadi Margo Mulyo. Mengenai pergantian nama ini, Purwadi berpendapat bahwa pengubahan tersebut kurang banyak.
“Nama jalan di suatu kota itu kan sesuai rezim. Jogja, waktu rezim dulu nama jalannya banyak yang yang jenderal-jenderal atau militer. Itu juga harus diubah, agar Jogja tak kehilangan identitas,” pungkasnya.
Berita Terkait
- Kapolda: Polisi Sudah Memproses Kasus Kekerasan di Sleman
- Kekerasan Marak, Penegak Hukum Bersama Pemda Jogjakarta Buat Kesepakatan Bersama
- Aksi Kamisan Kutuk Intoleransi di Jogjakarta
- Lulus Sekolah Pelajar Tiga Sekolah Ini Bagi-Bagi Nasi Bungkus di Titik Nol
- Jogjakarta Contoh Pencegahan Korupsi Berbasis Keluarga