Budaya
Nguri-Uri Budaya, KPH.Wironegoro Gelar Upacara Tetesan Anak Pertama
Budaya tetesan anak perempuan yang sudah nyaris hilang dalam masyarakat kembali digelar keluarga KPH.Wironegoro dan GKR.Pembayun untuk anak pertama mereka Raden Ajeng Arti Aya Wironegoro. Upacara tetesan dalam budaya Jawa merupakan ritual sunat bagi anak perempuan ketika berusia 10 tahun dan akan memasuki masa remaja yang ditandai dengan mesntruasi.
Acara tetesan ini dimulai dengan ritual pembacaan doa dan memandikan anak tetesan dengan menggunakan air kembang. Disaksikan sejumlah tamu dan masyarakat, R.A Arti Aya Wironegoro memulai prosesi dengan hikmat.
Menurut sang ayah, upacara tetesan ini selain merupakan tradisi, juga sebagai upaya keluarga Keraton untuk tetap nguri-uri kebudayaan Jawa. KPH.Wironegoro menilai upacara tetesan ini sudah mulai dilupakan oleh masyarakat. Oleh sebab itu, untuk mengingatkan kembali, upacara tetesan ini melibatkan masyarakat sekitar.
“Ini salah satu upaya kami untuk melesatrikan budaya Jawa, disini kami juga melibatkan masyarakat dalam upacara ini,” kata KPH.Wironegoro saat ditemui di sela-sela acara di Dalem Wironegaran, minggu (22/12).
Dalam upacara tetesan ini tujuh anak perempuan turut serta dalam tetesan. Dalam upacara tetesan, mereka disebut Belo.”Belo itu salah satunya wujud partisipasi yang lain. Ada tujuh belo dalam tetesan, yang sekarang lima anak saudara, dua anak lainnya tetangga sekitar sini,” jelas KPH.Wironegoro.
Dalam ritual tetesan ini, selain upacara memandikan anak perempuan, juga ada tradisi minum ramuan tradisional seperti kunir asem dan beras kencur. Menurut GKR.Pembayun minuman tersebut berguna untuk memberikan kesehatan pada anak.”Setelah bagian kewanitaan itu dibersihkan oleh bidan dengan betadine dan kunyit, anak tetesan juga minum jamu seperti kunir asem, beras kencur, air gula batu, air gula jawa yang berguna bagi tubuh anak,” jelas GKR.Pembayun.
Secara medis, menurut GKR.Pembayun, upacara tetesan ini bertujuan agar saat mengalami menstruasi pertama anak perempuan tidak mengalami sakit dan juga mencegah kemungkinan timbulnya penyakit.
Dengan upacara tetesan ini KPH.Wironegoro dan GKR.pembayun berharap anak mereka, Arti bisa tumbuh menjadi remaja yang santun, baik dan taat pada orang tua.”Semoga dalam usia yang masuk dalam remaja, dia bisa mulai memiliki tanggunggjawab, minimal tanggungjawab atas dirinya sendiri,” harap GKR.Pembayun.