Tahun Baru
Cara Santri Rayakan Malam Tahun Baru
Di rubrik Jogja Kita
Bagi sebagian orang, malam pergantian tahun sama halnya seperti malam-malam yang biasa, tak ada yang spesial. Tak ada perayaan dengan kembang api, petasan, atau bunyi terompet. Seperti halnya Pondok Pesantren Krapyak dan Al Munawwir. Mereka tak merayakannya dengan acara tertentu. Sebab, malam tahun baru bukan termasuk termasuk PHBI (Perayaan Hari Besar Islam). “Kalau pun ada, kita bakal mengisinya dengan melakukan istighosah semacam berdoa bersama. selebihnya kita tetap melakukan aktifitas rutin seperti biasa,” kata Lina Sholihah, salah satu pengurus Ponpes Krapyak.
Ahmad Nutqi Hikam, guru di pesantren Al Munawwir mengatakan hal serupa. Menurutnya, di pesantren tidak ada acara khusus menyambut malam pergantian tahun. Namun bukan berarti para santri tidak boleh merayakan. Mereka dipersilakan untuk merayakan tahun baru dengan cara masing-masing.
“Sebagian di pesantren ada yang libur. Sebagian lagi tidak libur. Yang nggak libur mungkin aja bakal merayakan. Jadi silakan saja,” katanya yang akrab disapa Gus Hikam ini.
Gus Hikam menambahkan meski merayakan malam tahun baru, para santri harus meluruskan niat. Niatnya, katanya, bukan untuk hura-hura melainkan sekedar refreshing saja.”Diniatkan untuk refreshing saja. Nggak perlu berlebihan yang penting hati senang,” tambahnya.
Tidak hura-hura dan sewajarnya, seperti yang Gus Hikam katakan menurut Lina adalah cara bagaimana seharusnya santri jika ingin merayakan malam tahun baru. Seorang santri, katanya, tidak akan berlebih-lebihan dan mampu melakukan hal yang bermanfaat ketimbang hura-hura.
“Setiap negara memiliki ciri khas masing-masing dalam merayakan pergantian tahun masehi ini. Namun dalam kacamata santri, menurut saya tidak perlu berlebihan dalam merayakan perayaan tahun baru. cukup dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat tanpa mengurangi esensi tahun baru itu sendiri,” katanya pada beritajogja.co.id, Selasa (31/12) siang.