Penutupan Sekaten
Ribuan Warga Berebut Dhahar Kembul di Sekaten
Sebanyak 99 nasi tumpeng disajikan di Sekaten dalam kepung tumpeng dhahar kembul sego gurih untuk memeriahkan sekaten sekaligus mios gongso keluarnya dua pusaka gamelan Kyai Gunturmadu dan Kyai Nogowilogo, Selasa (7/1) di Alun-Alun Lor, Jogjakarta. Secara simbolis, Dhahar Kembul ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat terhadap segara rezeki yang telah diberikan oleh Allah. Dalam bahasa indonesia Dhahar Kembul berarti makan bersama-sama.
Menurut ketua panitia Dhahar Kembul, Ida Fitri, 3 tingkat sogo gurih ini terdiri dari 99 sego gurih dengan pada tingkat pertama berdiameter tiga meter, tingkat kedua dua meter, dan tingkat ke tiga berdiameter satu meter. “Semua ini disiapkan oleh asosiasi pengusaha jasa boga kota Jogja, selain nasi tumpeng, ada sekitar 1000 endog abang dan 2000 porsi nasi gusih siap makan untuk masyarakat,” ujarnya.
Kepung tumpeng ini dimulai dengan pembacaan doa oleh petugas dan dilanjutkan dengan menyerahkan satu tumpeng kepada Walikota Jogja. Begitu dipersilahkan, ratusan masyarakat yang antusias langsung menyerbu sego gurih.
Bagi warsono, salah seorang warga gondomanan yang ikut dalam dhahar kembul ini bukan sekedar rekreasi tapi juga pelesatrian budaya.”Bisa merasakan makan bersama di alun-alun bersama warga rasanya menyenangkan, budaya guyup di Jogja jadi terasa,” ujarnya.
Warsono tidak datang sendirian, dia mengajak istri dan kedua anaknya yang masih duduk di bangku sd. Dia berharap dengan acara ini dia berharap kebudayaan Jogja bisa terus dijaga dan diteruskan ke anak cucu.
“Tradisi itu harus diwariskan jangan sampai hilang karena zaman,” harapnya.