Jogjapedia
Upacara Tetesan: Sunatnya Perempuan Dalam Tradisi Jawa
Upacara tetesan adalah upacara sunatan bagi anak perempuan di Jawa. Upacara ini diselenggarakan untuk menandai bahwa seorang anak perempuan sudah menginjak dewasa. Salah satu ciri seorang anak perempuan menginjak dewasa adalah dengan datangnya menstruasi.
Dalam upacara tetesan ada beberapa beberapa prosesi yang harus dilalui. Sebelum prosesi dimulai, biasanya diadakan selamatanlebih dahulu. Dalam selamatan ini ada beberapa uba rampe yang harus disiapkan. Diantaranya adalah jenang merah, jenang putih, jenang boro-boro, tumpeng robyong, tumpeng gundul, gula kelapa setangkep, kelapa setandan (setundhun). Selain itu disediakan pula beras, kemiri, menyan, lawe, lampu minyak kelapa (dlupak), kendi, ayam betina yang masih hidup seekor, pisang ayu (pisang raja dengan kualitas bagus) dan sirih ayu, jambe dengan tangkainya, dan uang senilai perempatan (misalnya Rp 250,00 atau Rp 2.500).
Setelah digelar selametan, biasanya prosesi upacara tetesan segera dimulai. Prosesi pertama adalah si anak dipangku oleh orangtua atau orang yang dituakan. Si anak dipangku menggunakan dingklik atau kursi yang diberi alas tikar. Alas tikar tersebut dilengkapi dengan daun-daunan yang terdiri dari daun apa-apa, kluwih, dhadhap srep, kara, dan rumput alang-alang. Saat dipangku kepala si anak ditiup dari belakang oleh orang yang memangkunya.
Setelahnya, bidan atau tenaga medis membersihkan kemaluan si anak dengan menggunakan cairan antiseptic dan kunyit. Kalau pada jaman dahulu, si anak hanya diberihkan kemaluannya dengan kunyit dan yang melakukannya adalah seorang dukun. Namun seiring kemajuan jaman, bidan atau tenaga medis lainnya mengambil alih prosesi membersihkan kemaluan si anak. Bekas kapas untuk membersihkan kemaluan si anak biasanya diletakkan di tempat khusus yang lazimnya terbuat dari tanah liat. Setelahnya, kaps tersebut dikubur di tanah atau bisa juga dilarung ke sungai.
Setelah disunat atau dibersihkan kemaluannya, si anak diharuskan meminum jamu yang sudah disiapkan. Jamu tersebut terdiri dari lengkuas, kencur, kunyit, asam, tumbar, adas pulo waras, kayu manis. Semua bahan tersebut diolah dengan cara ditumbuk sampai halus lalu diperas dan diambil airnya. Air perasan inilah yang diminum. Seusai meminum jamu si anak menelan isi telur ayam mentah.
Seusai rampung acara sunatan dan minum jamu, biasanya si anak dimandikan dengan air kembang setaman atau istilahnya siraman. Biasanya yang melakukan siraman adalah kedua orang tua si anak dan orang yang dituakan di dalam keluarga tersebut. Usai siraman, si anak kemudian diharuskan menggunakan busana Jawa atau kebaya. Setelah prosesi ini, Upacara Tetesan pun dianggap sudah selesai.
Dahulu, Upacara Tetesan di kalangan masyarakat Jawa diyakini sebagai upacara tolak bala atau ruwatan agar kelak si anak perempuan bisa bahagia hidupnya dan dihindarkan dari berbagai macam cobaan saat dewasa. Seorang anak perempuan yang tidak melakukan Upacar Tetesan diyakini akan mengalami berbagai cobaan hidup semasa dewasa seperti susah hamil maupun susah saat melahirkan.
Namun seiring berjalannya waktu, Upacara Tetesan saat ini dianggap sebagai sebuah upacara dengan tujuan membersihkan kemaluan si anak perempuan supaya lebih sehat sehingga saat menstruasi pertama tidak mengalami sakit dan menegah timbulnya penyakit.