Home » Jogjapedia » Gajahan Alkid: Panggung Kesenian, Layar Tancep, dan Kandang Gajah

Jogjapedia

Gajahan Alkid: Panggung Kesenian, Layar Tancep, dan Kandang Gajah



Dokumen Kunci

Warga Jogja pasti pernah menjumpai dua gajah di sebelah barat Alun-Alun Kidul. Dulu, kedunya dirawat di bangunan yang bernama Gajahan paska peruntuhan rezim Orde Baru. Kedua gajah itu, Nyai Argo dan Kyai Gilang disimbolkan sebagai sifat kebijaksanaan Sultan oleh Keraton.

Kini Kyai Gilang dan Nyai Argo tak lagi menempati Gajahan. Mereka dirawat di Kebun Binatang Gembiraloka akhir 2009 lalu. Adapun alasan Keraton menyerahkan kedua gajah pada Gembiraloka, sebagaimana dituliskan dalam Ngeteh di Patehan karena perawatannya membutuhkan biaya besar.

Sejak itu gajahan hanya berfungsi secara artifisial. Merunut pembangunan Gajahan, bangunan ini awalnya memang difungsikan sebagai kandang gajah sejak pemerintahan Sultan HB VIII. Namun, fungsinya diubah Sultan HB IX menjadi tempat srawung bagi warga sekitar.

Di masa pemerintahan HB IX, sekitar tahun 1960-an Gajahan dipakai sebagai tempat pagelaran kesenian. Pada tahun-tahun itu, panggung kesenian dan kebudayan tengah marak di Indonesia. Pun di Jogjakarta. Yang pernah dipentaskan di gajahan misalnya ketoprak atau wayangan. Selain pentas kesenian, gajahan kerap juga digunakan sebagai tempat pemutaran layar tancep oleh warga sekitar.

Facebook Twitter Share on Google+