Kuliner
4 Jajanan Legendaris Kotagede
Berkunjung atau melancong ke Jogja belum komplit rasanya kalau belum mengunjungi daerah Kotagede. Kotagede dikenal sebagai sentra penghasil kerajinan perak di Jogja. Selain itu, Kotagede juga memiliki beberapa objek wisata yang layak untuk dikunjungi seperti makam Raja-raja Mataram, Masjid Besar Kotagede, Pasar Legi Kotagede. Kotagede saat ini ditetapkan oleh Pemda Propinsi Jogjakarta sebagai salah satu kawasan heritage. Berkunjung ke Kotagede tak lengkap rasanya jika belum menikmati kuliner asli ataupun produksi Kotagede. Berikut ini empat jajanan khas Kotagede yang bisa dinikmati maupun dijadikan oleh-oleh:
Kipo
Kipo adalah jajanan khas Kotagede. Kipo terbuat dari beras ketan dan berwarna hijau. Warna hijau di Kipo dihasilkan dari Daun Suji yang digunakan sebagai pewarna alami. Jika digigit atau dimakan maka parutan kelapa yang bercampur gula Jawa atau biasa disebut enten-enten akan terasa di mulut kita. Kipo memiliki bentuk sebesar ibu jari. Sehingga sekali gigit Kipo bisa langsung habis kita makan.
Ada dua versi nama Kipo berasal. Pertama nama Kipo sendiri berasal dari kalimat eiki opoe yang disingkat atau kalau dalam Bahasa Indonesia artinya eini apaf. Maklum, orang Jawa memang punya kebiasaan menyingkat-nyingkat nama sesuatu. Kedua nama Kipo awalnya bernama Kupo. Dalam sebuah serat kuno bernama Centhini, disebutkan ada sebuah makanan lokal yang bernama Kupo. Mungkin karena seiring berjalannya waktu, penyebutan Kupo bergeser menjadi Kipo.
Yangko
Makanan dengan bahan dasar adonan tepung ketan dan berbalut tepung gula ini merupakan makanan khas Kotagede. Jika dimakan, tekstur Yangko mirip dengan kue Moci. Yangko biasanya berbentuk kotak dan disajikan dengan berbagai warna. Namun seiring perkembangan jaman, saat ini Yangko tak hanya berbentuk kotak saja dan dengan aneka rasa.
Dahulu, Yangko adalah makanan bagi para raja ataupun priyayi. Tak sembarangan orang bisa mengicipi Yangko. Untuk menikmati Yangko ini, masyarakat umum dulu harus merogoh kocek cukup dalam. Pasalnya, Yangko tidak diproduksi secara massal dan hanya kalangan tertentu saja yang bisa mengicipinya. Bahkan menurut beberapa sumber, ketika Perang Diponegoro (1825-1830) meletus, Yangko merupakan salah satu bekal yang dibawa oleh Pangeran Diponegoro. Yangko dipilih sebagai bekal selain karena rasanya yang enak juga karena makanan ini bisa bertahan lama atau tidak cepat basi. Yangko bisa bertahan selama satu bulan tanpa basi.
Menurut beberapa sumber, nama yangko berasal dari kata kiyangko. Dalam pelafalan lidah orang Jawa, kata kiyangko diucapkan dengan singkat menjadi yangko.
Ukel dan Banjar
Ukel memiliki bentuk seperti angka 8 dan berasa manis. Rasa manis ini didapat karena Ukel ditaburi dengan tepung gula. Banjar berbentuk lingkaran dengan rasa gurih. Kedua makanan ini memiliki bahan dasar yang sama yaitu putih telur yang dikocok dan dicampur dengan tepung terigu. Selain menggunakan putih telur dan terigu, Ukel maupun Banjar bisa juga dibuat dengan menggunakan tepung beras ketan. Cara pembuatan Ukel dan Banjar sama, hanya bentuk dan rasa yang membedakannya.
Kue Kembang Waru
Kue Kembang Waru ini merupakan salah satu kue khas asal Kotagede. Sesuai namanya, Kue Kembang Waru bentuknya memang mirip dengan kembang waru. Pohon Waru banyak dijumpai dii Kotagede. Hal ini mungkin yang menginspirasi pembuat kue di Kotagede.
Dahulu kue ini merupakan kue persembahan dari warga Kotagede untuk para raja-raja Mataram. Kue Kembang Waru saat ini sudah susah dijumpai. Saat ini Kue Kembang Waru hanya disajikan saat upacara atau acara-acara tertentu saja semisal pernikahan. Tak banyak orang yang bisa atau mampu membuat Kue Kembang Arum ini.