Home » Berita, Jogja » Abu Membuat Jantung Kota Jogja Berhenti Berdetak

Hujan Abu Gunung Kelud

Abu Membuat Jantung Kota Jogja Berhenti Berdetak



Sejumlah warga bersama tim kebersihan membersihkan perempatan nol kilometer dari abu, Jumat (14/2) pagi. (Foto: Kresna)

Gunung Kelud, Kamis (13/2) meletus. Dentumannya terdengar hingga Jogjakarta. Jejaring sosial diramaikan status yang mengira-ngira asal suara dentuman. Ada yang mengira dari Merapi, dari Gunungkidul, dan lain sebagainya. Di Twitter, akun @infokediri menginformasikan bahwa Gunung Kelud telah meletus. Ditambah lagi dengan informasi tambahan berbagai akun yang berfokus pada kebencanaan, sumber dentuman menjadi jelas: Gunung Kelud.

Beberapa jam setelah itu, abu letusan Gunung Kelud sampai ke Jogjakarta. Angin kencang jadi sebab mengapa abu turut dirasakan warga Jogja. Jejaring sosial kembali diramaikan informasi turunnya hujan abu di Jogjakarta. Seluruh wilayah, dikabarkan diguyur hujan abu yang cukup deras.

Pukul 08.00 WIB, langit masih gelap. Debu yang dihasilkan hujan abu menghalangi sinar matahari. Sejumlah ruas jalan yang biasanya ramai dengan bunyi klakson pengendara, menjadi sepi. Warung-warung Burjo 24 jam di sekitar kampus tutup. Pun dengan ruko-ruko di sepanjang Gejayan. Kampus dan sekolah diliburkan oleh Dinas Pendidikan karena ketebalan abu dan debu dianggap membahayakan. Suasana sepi.

Malioboro juga laiknya kota Shintaro dalam komik Tinju Bintang Utara. Pusat sentral bisnis Jogja yang namanya tersohor seantero dunia sepi. Tak ada tanda-tanda aktifitas dagang seperti hari biasanya. Toko-toko besar di kedua sisi jalan tak memamerkan produknya. Begitu juga dengan pedagang emperan yang biasanya riuh tarik-menarik harga juga tak terlihat.

Tak ada juga pengayuh becak yang kerap menawarkan jasa yang meluluhkan hati. Hanya pengendara yang meramikan jalan. Mereka memakai mantel, helm, dan masker. Tak ada yang melaju kencang. Mereka, mengendarai motornya pelan-pelan karena jarak pandang yang pendek.

Di Titik Nol Kilometer, sejumlah orang terlihat sibuk. Beberapa orang menyapu jalan yang dipenuhi abu vulkanik. Sementara yang lainnya menyiram jalan agar mudah disapu. Di pusat kota Jogja, Malioboro, hanya keramaian itu yang terlihat. Abu vulkanik membuat pusat kota ini mati total seperti tiga tahun lalu ketika Merapi meletus.

Facebook Twitter Share on Google+