Gaya Hidup
Dari George Best Hingga Adriano, 10 Pesepak Bola Alkoholik
Seorang pesepak bola sudah tentu harus pandai menjaga stamina tubuhnya. Hal ini biasanya dilakukan dengan melakukan latihan keras dan menjaga asupan nutrisi. Salah satu hal yang paling dihindari oleh pesepak bola dalam hal tersebut adalah dengan tidak mengonsumsi minuman keras.
Akan tetapi, pada kenyataannya, tak sedikit pesepak bola yang “nakal” dan tidak mematuhi aturan tersebut. Atas alasan kesenangan pribadi, mereka tetap mengonsumsi minuman keras tidak hanya sekadar iseng, tetapi bahkan telah menjadi rutinitas sehari-hari.
Dilansir dari lordsofthedrinks.com, berikut 10 pesepak bola yang kerap mengonsumsi minuman keras.
Garrincha
Di tanah airnya di Brasil, Garrincha adalah pesepak bola terbaik yang pernah ada. Namanya terlalu besar, bahkan Pele pun mesti tahu diri. Garrincha memang luar biasa, ia berhasil membawa Brasil juara dunia pada tahun 1958 dan 1962. Akan tetapi, di balik keahilannya mengolah si kulit bundar, sifat hedonnya begitu menyala-nyala. Selain sepak bola, dapat disebut bahwa hidup Garrincha hanya untuk dua hal lain: alkohol dan wanita. Dan benar saja, pada tahun 1983, ia akhirnya meninggal bersama alkohol yang membuatnya mengalami penyakit jantung.
George Best
Jauh sebelum nama David Beckham mendunia selebritis lapangan hijau, nama George Best sudah lebih dulu menjadi ikon superstar pesepak bola. Ia seperti gabungan dari Beckham dan Ryan Giggs: wajahnya begitu tampan, sementara liukan mautnya saat menggiring bola begitu artistik. Manchester United dibawanya meraih gelar Piala Champions pertama pada tahun 1968. Banyak media menyebut, Best adalah rockstar pertama dalam dunia sepak bola. Ia seorang alkoholik yang tangguh. Pada tahun 2002, ia mesti melakukan transplantasi hati lantaran efek alkohol bertahun-tahun. Hatinya memang diganti, tetapi Best masih belum juga berhenti menenggak miras. Tahun 2005, ia meninggal.
Paul Gascoigne
Gazza—demikian sapaannya—seperti jelmaan malaikat dan iblis dalam satu tubuh. Ia kerap disebut sebagai salah satu gelandang terbaik Inggris yang pernah ada. Akan tetapi, ironisnya, beberapa orangnya menganggapnya hanyalah sebagai pecandu alkohol yang tolol karena tak menghargai bakat sendiri. Gazza bahkan sempat melakukan percobaan bunuh diri karena alkohol membuat tempramennya menjadi tak tentu.
Ladislao Kubala
Legenda Spanyol dan Barcelona. Kubala lahir di Hungaria bersama generasi Ferenc Puskas. Akan tetapi, karena status kewarganegaraan orang tuanya, ia juga memiliki paspor Czechoslowakia. Bahkan ia sempat 11 kali bermain untuk timnas Ceko. Ketika Kubala kembali ke Hongaria, ia dikirim ke kamp penjara oleh rezim komunis karena dianggap telah berkhianat. Pasca bebas, ia lantas menjadi warga negara Spanyol demi rasa aman.
Terlepas dari seluk beluk hidupnya yang cukup rumit, Kubala adalah seorang alkoholik kelas kakap. Salah satu contohnya sebagai berikut.
Ketika hendak hijrah ke Spanyol, Kubala sejatinya telah melakukan kesepakatan de facto dengan Real Madrid untuk bermain di Santiago Bernabeu. Akan tetapi, dalam perjalanan udaranya, Kubala mabuk berat. Ketika tiba di bandara, mendadak beberapa orang perwakilan dari Barca kemudian “menculiknya”.
Di dalam perjalanan di kereta, Kubala, yang masih di bawah pengaruh alkohol, lantas diminta untuk menandatangi kontrak bermain. Ia pun bersedia melakukannya. Keesokan harinya, ketika ia telah sadar, Kubala membaca sebuah koran dan mendapati headline berjudul kira-kira seperti ini: “Kubala Resmi Menjadi Pemain Barca”.
Pada mulanya ia terkejut membaca berita tersebut, ia bahkan tak ingat telah melakukan kontak kerja sama dengan pihak Barca. Tetapi ia tak peduli, dan tetap bermain di Barca hingga salah satu pencetak gol terbanyak Barca sepanjang masa.
Diego Armando Maradona
Salah satu pesepak bola terbaik—atau mungkin satu-satunya yang terbaik—di dunia. Cerita Maradona dan minuman keras, serta kecanduannya terhadap narkotika, telah diketahui umum. Bahkan, ada mitos yang menyebut: Maradona hijrah ke Napoli karena bandar narkotika terbesar di sana menawarinya “paket kokain” gratis seumur hidup. Dalam sebuah wawancara, Maradona pernah mengaku: dalam sehari, ia setidaknya harus minum dua botol whisky.
Tony Adams
Adams merupakan tipikal kelas pekerja di Inggris: bekerja seharian, lalu beristirahat sambil minum-minum di bar sampai mabuk dan kemudian berkelahi. Sebagai salah seorang legenda Arsenal, tak sekali dua ia mendapat hukuman dari pihak lantaran mabuk. Tahun 1990, Adams bahkan pernah ditahan selama empat bulan karena tertangkap tangan tengah mengemudi sambil mabuk. Akan tetapi, tak seperti pesepak bola yang lain, Adams sukses sembuh dari kecanduan alkoholnya tersebut pada tahun 1996. Dalam otobiografinya, Addicted, ia berbagi resep bagaimana menyembuhkan kecanduan alkohol untuk olahragawan.
Socrates
Socrates lebih dari sekadar pesepak bola. Tim Brasil tahun 1982 yang diperkuatnya bahkan disebut-sebut sebagai salah satu dari tiga tim terbaik—bersama Hongaria 1950 & Belanda 1974—sepanjang sejarah sepak bola. Sementara itu, bersama Corinthians, ia membentuk “Corinthians Movement“: gerakan yang mempelopori terbentuknya sistem demokrasi di Brasil. Terlepas dari semua keajaiban yang dilakukannya, Socrates adalah alkoholik yang taat. Pada tahun 2011 lalu, ia meninggal setelah ginjalnya mengalami kerusakan akut.
Jimmy Greaves
Greaves tercatat sebagai topskor ketiga sepanjang masa timnas Inggris (44 gol dalam 57 pertandingan), tetapi kecanduannya terhadap alkohol nyaris tak tertandingi. Pun demikian, sama seperti Adams, Greaves akhirnya mampu berhenti dari kecanduan pada tahun 1970. Delapan tahun kemudian, ia pensiun dari lapangan hijau dan memulai karir sebagai pembawa acara di televisi.
Adriano
Adriano memiliki semua syarat sebagai striker terbaik dunia: kecepatan, kekuatan, teknik yang luar biasa. Ia bahkan digadang-gadang sebagai “The Next Ronaldo”. 51 laga yang dijalani Adriano sukses dilewatinya dengan 31 gol. Ketika bermain bersama Parma dan Inter Milan di Serie A, ia menjadi sensasi yang tak habis-habis lantaran kehebatannya di lapangan hijau. Ironisnya, Adriano seolah tak menyadari hal ini. Bukan menjaga tubuhnya, ia malah terjebak dalam kehidupan malam dan menjadi pecandu alkohol serta junk food. Ketika ia pindah ke Flamego, di musim pertama ia bahkan tak memainkan satu laga pun.
Artem Milevskiy
Ia sempat disebut sebagai penerus jejak Andrey Shevchenko, baik di Ukrainia maupun Dinamo Kiev. Tetapi, teknik bermain bagus rupanya tak cukup bagi pesepak bola jika pola hidupnya tak dijaga. Inilah yang terjadi dengan Milevskiy. Sama seperti Adriano, setelah tak lagi terpakai di Kiev, ia lantas pindah ke klub di kasta yang lebih rendah. Di tahun 2013, ia pindah ke Gaziantepspor, dengan hanya melakoni enam laga dan mencetak satu gol. Lalu di musim ini, ia hijrah ke FK Crevna Zvezda, dan belum pernah bermain sama sekali