Home » Berita, Nasional » Muhammadiyah: Banyak Ustad yang Berpengetahuan Dangkal

Agama

Muhammadiyah: Banyak Ustad yang Berpengetahuan Dangkal



Dokumen Istimewa

Dalam realitas kekinian, ustad, di Indonesia menjelma jadi suatu pekerjaan yang populer. Layar kaca, radio, dan media jejaring sosial berlomba-lomba memunculkan ustad baru dengan beragam tema dan cara dakwah. Fenomena ini mendapat tanggapan dari Ketua PP Muhammadiyah Bidang Tarjih dan Tajdid, Yunahar Ilyas.

Ilyas berpendapat bahwa banyaknya ustad yang lahir dari media, apalagi yang lahir dari audisi televisi, berpotensi menyesatkan ummat. Sebab, ia melihat kini banyak sekali ustad yang berpengetahuan dangkal, berprilaku kasar, dan tidak memberikan solusi yang baik pada masyarakat.

“Saya pernah nonton, ketika si ustad menerangkan ayat kursi, pertanyaan di luar skenario, ayat kursi ini Makiah atau Madaniah. Karena ayat kursi masuk dalam surat al-Baqarah dan ayatnya panjang-panjang makiah. Itu terbalik, harusnya Madaniah. Yang dengar pun tidak bisa mengkoreksi,” tuturnya, dalam siaran KBR68H Jakarta.

Ilyas menambahkan bahwa perlu adanya standarisasi ustad di Indonesia agar tidak ada lagi keliaran dakwah yang menyesatkan dan yang mampu menebar kebencian. Ia pun mencontohkan sistem pendidikan yang ada di Muhammadiyah. Di Muhammadiyah, jelasnya, jika ada orang yang ingin menjadi ustad, setidaknya ia harus menempuh pendidikan lebih dulu.

“Empat tahun, tiga tahun di pesantren tiap hari diberi pelajaran bahasa Arab dan fiqih, tafsir hadits, fiqih dan akidah. Lalu diberi pelajaran tentang dakwah, terutama fiqih dakwah. Tiga tahun ilmu dan kepribadian. Satu tahun dibawa ke kampus. Di Yogya boleh pilih satu Universitas Muhammadiyah untuk mendapat ijazah sarjananya, setelah itu baru dikirim ke daerah dan baru jadi ustad lokal, belum provinsi atau nasional,” jelasnya.

Ilyas juga mencontohkan beberapa negara yang punya standarisasi ustad. Di Malaysia dan Brunei, ada standardisasi ustad. Contohnya, khotbah Jumat mensyaratkan pendakwanya memiliki semacam sertifikat. Akibatnya, tidak semua orang bisa menjadi ustad.

Facebook Twitter Share on Google+