Home » Berita, Internasional » Penyebaran Agama Paling Mutakhir: Lewat Alkohol dan Hip-Hop!

Berita Internasional

Penyebaran Agama Paling Mutakhir: Lewat Alkohol dan Hip-Hop!



Kansho Tagai (Dokumen TZ)

Dalam sejarahnya, penyebaran agama biasanya dilakukan dengan berbagai ritual suci. Akan tetapi, sekelompok biksu Budha di Tokyo, Jepang, membuat metode baru untuk melakukannya: menyebarkan agama melalui alkohol dan musik hip-hop.

Apa yang dilakukan sekelompok biksu Budha yang dipimpin oleh Kansho Tagai ini terjadi pada tahun 2010. Dalam berita yang pernah diulas oleh CNN di tahun yang sama, sekelompok biksu tersebut menamai ajaran yang terhitung sensasional ini sebagai “Ajaran Budha 2010”.

Tagai menyebut ajaran ini merupakan respon terhadap zaman yang telah berubah. Biksu yang juga memiliki nickname “Mr.Happines” ini mengungkapkan keyakinannya untuk meninggalkan nyanyian yang membosankan, dan menggantinya dengan musik rap, jika dengan demikian orang-orang, khususnya masyarakat Jepang, dapat kembali meresapi ajaran Budha.

Tagai melanjutkan, perubahan ini lebih dikarenakan banyaknya orang menilai mantera Budha terdengar membosankan, selain juga isinya yang sulit dimengerti. Berangkat dari keluhan seperti itulah, maka ia dan biksu lain yang tergabung dalam kelompoknya mencoba membentuk perspektif baru dalam cara penyebaran ajaran Budha.

“Jjika mantra Budha diintepretasikan dengan cara yang lebih modern seperti rap atau hip-hop, banyak kaum muda bisa menerima ajaran Budha lebih mudah,” ujar Tagai kala itu.

Selain musik hip-hop, satu cara “nyeleneh” lain yang dilakukan oleh biksu untuk menarik kalangan muda Jepang untuk memeluk agama Budha adalah lewat bar. Bar yang diberi nama Monk Bar itu didirikan oleh seorang biksu bernama Zenshin Fujioka. Lalu bagaimana cara penyebaran ajaran Budha-nya?

Tak jauh berbeda dengan bar-bar lain, Monk Bar juga menjual banyak minuman beralkohol. Setiap orang yang datang ke sana pun bebas memesan minuman alkohol jenis apapun. Ketika menyajikan minuman itulah Zenshin secara perlahan menerangkan ajaran Budha. Kadang ia juga asik mendatangi meja pengunjung untuk mengajaknya mereka berbincang. Singkat kata, cara apapun bisa menjadi media bagi Zenshin untuk menyebarkan ajaran Budha.

Kemunculan strategi baru dalam penyebaran ajaran Budha tersebut tak lepas dari kondisi masyarakat Jepang yang ketika itu dianggap tengah dilanda krisis eksistensi terkait agama. Setiap tahun, dengan alasan “sepi pengunjung” ratusan kuil di Jepang ditutup.

Ironisnya, tantangan terbesar Tagai dan Zenshin justru lebih banyak muncul dari kalangan tradisional yang mengkritisi cara kedua biksu ini. Pun demikian, usaha Tagai dan Zenshin tak sia-sia. Banyak warga Jepang, khususnya kalangan muda, mulai mendatangi kuil tempat Kansho Tagai berada. Sementara itu, makin banyak pula kaum muda Jepang mendatangi bar milik Zenshin untuk meminta nasihat.

Facebook Twitter Share on Google+