Jogjapedia
Ke Mana Lenyapnya Keris Pangeran Diponegoro?
Pada saat penangkapan Pangeran Diponegoro tahun 1830, Belanda turut menyita keris kesayangan Diponegoro, Keris Kyai Nogo Siloeman. Keris yang dijuluki ibu dari segala pusaka di Jawa tersebut diberikan kepada Raja Willem 1, tapi ia tak tertarik sama sekali dengan keris itu. Akhirnya keris tersebut disimpan di Koninklijk Kabinet van Zeldsaamheden, tempat penyimpanan benda pusaka di Belanda.
Sebelumnya, Sentot Alibasha, panglima andalan Diponegoro memberikan sebuah catatan keaslian keris tersebut. Saat itu Raden Saleh yang saat itu bersekolah di Belanda diminta untuk menerjemahkan catatan tersebut. Pada 17 Januari 1831 Raden Saleh memberikan sebuah catatan tentang Keris Kyai Nogo Siloeman tersebut kepada Belanda.
Isinya kurang lebih, “Kyai berarti guru. Seseorang yang menjadi bagian dari penguasa disebut demikian. Nogo merupakan ular raksasa yang menggunakan mahkota. Siloeman selalu dihubungkan dengan kepercayaan atas kekuatan mistik, seperti membuat diri menjadi tak terlihat. Nama keris Kyai Nogo Siloeman memiliki arti kurang lebih Raja Naga berkekuatan magis.”
Hingga saat ini keris Kyai Nogo Siloeman sudah tidak ada lagi di Koninklijk Kabinet van Zeldsaamheden. Hal ini menghadirkan keanehan di pihak Belanda dan menimbulkan polemik semacam “Apakah keris ini pulang ke Jawa dengan sendirinya atau disimpan oleh Raden Saleh?”
Raden Saleh sendiri dikenal melalui lukisan “Penangkapan Pangeran Diponegoro”. Padahal saat adanya penangkapan tersebut Raden Saleh tak berada di Tanah Jawa.