Jogja Kita
Seragam Sekolah: Cutbray, Baju Linting, Sampai AADC
Seragam sekolah tiap dekade mengalami pengubahan mode. Model seragam tahun 60-70an berbeda dengan satu atau dua dekade setelahnya. Penyebabnya juga beragam. Salah satunya film.
Pada tahun 60-70an. model seragam sekolah, khususnya bagi pelajar laki-laki memakai model celana cutbray atau melebar ke bawah. Model ini menyesuaikan dengan model berpakaian di sejumlah film. “Dulu tahun 70an, di Jogja juga lagi demam celana cutbray. Apalagi waku Ahmad Albar main film, banyak teman-teman sekolah yang memakai model cutbray. Keren dulu itu. ” kenang Agus, seorang warga Samirono.
Tahun 80an, model seragam sekolah berubah lagi. Cutbray sudah mulai ditinggalkan. Saat itu seragam sekolah bermodel dengan meniru sejumlah film layar lebar. Kerah seragam dinaikan, lengan dilinting, dan dua atau tuga kancing dibuka. Seperti dalam sejumlah gaya berpakaian anak sma dalam film Gita Cinta dari SMA.
Sedangkan pada dekade 90an, Madame Tabitha, ahli tarot Jogjakarta mengisahkan bahwa seragam sekolah biasa saja. Khusus pelajar perempuan, roknya berada di bawah lutut. Sedangkan yang laki-laki juga memakai celana straight loose dan baju dimasukan ke dalam.
“Tapi ada juga yang pengen tampil seksi. Jadinya rok di bawah lutut itu dilinting ke atas. Kalau ada guru BP, baru diturunin. Kalau nggak ada guru, dinaikin lagi. Pas pulang sekolah, ya sudah roknya kusut semua,” kenang alumni SMA Bopkri 2 ini.
Tahun 2000an muncul film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) yang dibintangi Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo. Filn yang mengisahkan percintaan sepasang remaja sekolah ini juga turut mengubah gaya berpakaian pelajar sekolah. Khusus pelajar perempuan, era tahun 2000an model baju sekolahnya junkie, rok pendek, dan berkaus kaki panjang.
“Kalau yang cowok sih standar aja. Celana straight loose doang. Kalau yang cewek muslim pada jilbaban, yang lain iya sih ngikutin AADC” kata Dicky Mahardika yang aktif di Stand Up Comedy Jogjakarta.
Endah Purnama, alumni SMA 4 Jogjakarta, membenarkan bahwa film AADC mempengaruhi gaya seragam sekolah. “AADC emang lagi booming waktu itu. Saya aja tengsin banget kalau ingat waktu itu. Pokoknya banyak yang pengen berubah jadi Cinta,” kenangnya.
Pada era kekinian, seragam sekolah tidak punya kutub lagi seperti beberapa dekade setelahnya. Banyak yang membuat gaya sendiri. Seperti yang dituturkan Barkah, penjahit di sektar Sagan. Ia menceritakan bahwa pesanan model yang datang untuk memuat seragam sekolah.
“Ada yang bagian bawah celananya minta dikasih resleting, baju sekolah dikasih tali, cutbray, ceana pensil, rok panjang mekar, banyak pokoknya. Anak SMA sekarang sudah paham mode masing-masing. Nggak seperti dulu yang satu model semua,” paparnya.