Interaksi
Melihat Pemilih Indonesia di Luar Negeri
Dalam hitungan hari, Indonesia akan melaksanakan PEMILU 2014 yaitu PEMILU Anggota Legislatif dan PEMILU Presiden RI. Pesta demokrasi ini akan dimeriahkan oleh seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) baik yang sedang berada di dalam negeri maupun di luarnegeri. Untuk WNI yang sedang berada di luar negeri, penyaluran suara akan diberikan melalui Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) yang dibentuk oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum nomor 12 tahun 2013.
Untuk pelaksanaannya, akan dilakukan lebih cepat dari jadwal pemilu dalam negeri (hari libur terdekat) berdasarkan pijakan hukum yang telah disepakati KPU pada UU 8/2012 dan UU 15/2011 dengan tujuan agar partisipasi pemillih meningkat.
WNI yang sedang berada di luar negeri memiliki latar belakang yang beragam, ada yang sedang menuntut ilmu, bekerja, sampai berkeluarga. Pembatas geografis yang jauh dengan tanah air tidak menjadi halangan untuk mengikuti perkembangan dinamika politik di tanahair. Bahkan bisa dikatakan WNI diluar negeri sangat kritis terhadap kebijakan yang dianggap tidak berpihak pada rakyat. Sebut saja aksi penolakan kunjungan kerja DPR ke Jerman oleh Perhimpunan PelajarIndonesia (PPI) di Jerman yang sempat mencuat beberapa waktu lalu.Para pelajar mempertanyakan urgensi kunjungan rombongan anggota DPR-RI Komisi 1 tersebut yang dianggap tidak efektif dan cenderung menghambur-hamburkan uang negara.
Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi tersebut menyebabkan segala informasi bisa diaksesdengan mudah dan cepat. Dunia sosial media juga menjadi alat untuk berkomunikasi baik sekedar untuk bertegur sapa dengan kerabat di tanahair, mencari informasi sampai pada memberikan dukungan kepada preferensi politik masing-masing baik secara malu-malu karena ada rasa tidak enak dengan teman-teman yang berbeda preferensi maupun memberikan dukungan secara terang-terangan.
Saat penulis berdiskusi dengan Suratno Paramadina salah satu kandidat Doktor Political Anthropology & Religiondi Goethe Universitat Frankfurt yang juga dosen di Universitas Paramadina ini, beliau menyampaikan bahwa, “secara umum perilaku politik di luar negeri tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, bedanya hanya orang-orangnya saja di luar negeri yang jauh dari Indonesia, jadi sosial media sangat menentukan pilihan dan mempengaruhi perilaku politik mereka. secara umum perilaku pemilih Indonesia di luar negeri juga demokratis, karena mereka bisa belajar dari negara masing-masing dan secara umum memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Jadi mestinya lebih kritis terhadap dinamika yang ada sehingga preferensi politik mereka secara umum rasional”.
Acara-acara yang bernuansa diskusi sudah sering dilakukan, baik diskusi dengan menghadirkan pembicara dari masyarakat sekitar maupun memanfaatkan tamu yang datang (peneliti, dosen, dll). Diskusi ini biasanya diselenggarakan oleh pihak KBRI, KJRI, PPI, PCINU atau organisasi dan elemen masyarakat lainnya.Dengan demikian data sekitar 2,25 juta jumlah pemilih di luarnegeri yang tersebar di 130 negara di dunia dari Pokja Panitia Pemilihan Umum Luar Negeri (PPLN) ini tidak bisa diremehkan.
Budy Sugandi
Peraih Exchange Students Program, Erasmus Mundusscholarship
Mahasiswa Graduated Faculty of Humanitiesan Education
Technische Universität Braunschweig, Germany