Home » Figur » Para Pencipta “Hantu” di Titik Nol

Figur

Para Pencipta “Hantu” di Titik Nol



 

Pengunjung tengah berfoto bersama “hantu” dari komunitas fae painting di titik nol. (Foto: Cahyo PE)

Menikmati suasana malam di Jogja rasanya kurang lengkap jika tak mengunjungi kawasan Titik Nol Kilometer.Kawasan tersebut sudah sejak lama dijadikan tempat santai wisatawan maupun warga Jogja ingin menikmati suasana malam di Jogja.

Ada berbagai hal menarik yang ditawarkan dan yang bisa dilakukan di Titik Nol Kilometer. Dari bangunan sejarah dengan efek lampu taman yang mempesona, mendengarkan musik yang dimainkan para pengamen, foto-foto, membeli pernak-pernik,hingga menyaksikan “hantu-hantu” berkeliaran di sekitar wisata sejarah tersebut.

Sosok kuntilanak dengan muka rusak, pocongan, sundel bolong, gendruwo maupun zombie acap kali terlihat di kawasan Titik Nol Kilometer. Sosok-sosok “hantu” tersebut menakutkan namun sangat ramah terhadap para pengunjung. Jika pengunjung ingin mengambil foto bersama “hantu-hantu” berwajah menyeramkan itu, juga bisa. Jika pengunjung ingin meminta “hantu” melakukan pose tertentu pun juga bisa.

Para “hantu” di Titik Nol ini mulai muncul sejak sekitar dua tahun yang lalu. Mereka didatangkan tersebut diprakarsai oleh komunitas Face Painting yang didirikan oleh Agustin dan beberapa orang kawannya.

Menurut Agustin ketika ditemui di kawasan Titik Nol Kilometer, salah satu tujuan dirinya dan kawan-kawan yang tergabung di Komunitas Face Painting berbusana dan merias wajah adalah untuk memberikan warna lain dari dunia wisata malam di Jogja. Menurutnya, orang kadang bosan ketika di Jogja kemudian menikmati suasana malam di Titik Nol Kilometer. Selama ini mereka hanya foto-foto dengan bangunan kuno seperti Kantor Pos, Bank Indonesia, Gedung Agung dan BNI.

“Kami coba menawarkan gagasan baru bahwa pengunjung bisa juga foto-foto dengan tokoh-tokoh hantu yang kami perankan sehingga ada hal yang baru di Titik Nol. Harapannya pengunjung tidak bosan dengan suasana Titik Nol yang begitu-begitu saja. Tawaran kami ini ternyata disambut baik oleh para pengunjung. Banyak yang ingin berfoto bersama kami. Bahkan saat ini, banyak orang yang kemudian mengikuti apa yang kami jalani,” ujar Agustin yang dalam keseharian berprofesi sebagai aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) perempuan di Jogjakarta.

Banyak sosok “hantu” yang sudah diperankan oleh Komunitas Face Painting. Hampir semua sosok “hantu” lokal macam pocongan, kuntilanak, gendruwo, sundel bolong ditampilkan secara bergantian.

“Kalau dandan jadi hantu kami gak kesusahan kok. Rata-rata cuma butuh waktu sekitar lima menitan untuk dandan seperti ini. Yang susah itu adalah penjiwaannya. Kalau penjiwaannya ga dapat, kurang bagus. Masak udah dirias serem tapi orangnya malah senyam-senyumkan ga pas,”ujar Agustina yang malam itu mengenakan busana layaknya kuntilanak.

Saat ini ada sekitar seratusan orang yang bergabung menjadi anggota komunitas Face Painting. Aktivitas komunitas ini tak melulu hanya bermain tata rias dan kostum saja bahkan ada aktivitas sosial yang juga mereka lakukan.

“Sebagian uang dari hasil pemberian pengunjung secara sukarela saat berfoto bersama kami, kami sisihkan. Kemudian kami gunakan untuk membuat dua tong sampah di kawasan Titik Nol. Dua tong sampah dengan motif kepala tengkorak yang ada di Titik Nol itu bikinan kami. Rencananya kami akan membuat lebih banyak lagi tong sampah dan akan kami pasang di sekitar Titik Nol,”terang Agustin.

Facebook Twitter Share on Google+