Jogjapedia
Buah Kepel Rahasia Dibalik Wanginya Putri Kraton
Kepel, begitu orang Jawa memberi nama pohon yang memiliki nama latin Stelechocarpus burahol. Nama kepel diberikan karena merujuk pada ukuran buahnya yang seukuran sekepalan tangan. Di Indonesia, pohon Kepel biasa juga disebut dengan nama Burahol.
Pohon Kepel ini memiliki ketidak laziman dalam hal buah. Biasanya, sebuah pohon akan menghasilkan buah yang menempel pada dahan maupun ranting-ranting pohon. Namun, buah Kepel justru muncul di dengan cara menempel pada batang utama pohon.
Dahulu, buah Kepel digunakan oleh para putri-putri Kraton sebagai deodorant alami. Daging buah Kepel yang berwarna jingga ini memiliki aroma yang mirip dengan bunga mawar yang bercampur dengan aroma buah sawo. Bila dimakan, bau harum dari buah Kepel ini masih akan terasa saat tubuh tengah mengeluarkan sekresi (keringat, air seni maupun nafas). Aroma wangi yang tetap keluar saat berkeringat inilah yang membuat para putri-putri Kraton menjadikannya sebagai sebuah deodorant alami. Para putri-putri Kraton pun rutin memakan buah Kepel demi aroma harum yang dikeluarkannya. Kebiasaan putri-putri Kraton ini kemudian ditiru oleh kraton-kraton lain yang ada di Pulau Jawa
Selain bermanfaat sebagai deodorant alami, buah kepel juga memiliki manfaat berfungsi sebagai peluruh kencing dan pencegah radang ginjal. Bahkan buah kepel juga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alami. Hal ini tak lepas dari buah Kepel yang bisa menyebabkan kemandulan sementara bagi perempuan.
Saat ini pohon Kepel sangatlah jarang ditemukan di masyarakat. Hal ini tak lepas dari anggapan masyarakat yang menganggap bahwa pohon Kepel merupakan tanaman kaum bangsawan atau ningrat. Anggapan tersebut menyebabkan masyarakat enggan menanam pohon Kepel di halaman rumahnya.