Teater Koin UII
Padukan Teater dan Jazz, ‘Art’ Teater Koin Pukau Penonton
Perpaduan antara teater dengan musik jazz sukses dibawakan oleh Komunitas Teater Koin UII dalam pementasan berjudul “Art”yang dipentaskan di Auditorium Lembaga Indonesia Prancis (LIP), 27-28 Maret 2014. Naskah Art diambil dari sebuah naskah berbahasa Prancis yang merupakan karya dari Yasmina Reza. Kali ini pementasan Art dipercayakan kepada Kafka Navyschaaq sebagai sutradara.
Art bercerita tentang persahabatan Serge, Marc dan Ivan, tiga pemuda asal Prancis. Persahabatan di antara mereka sudah terjalin sejak 15 tahun yang lalu. Sayang, akibat sebuah lukisan persahabatan ketiganya sempat goyah. Pertengkaran-pertengkaran di antara ketiganya kerap terjadi setelah Serge membeli sebuah lukisan putih sebesar 120×160 cm. Perbedaan persepsi dalam melakukan interpretasi terhadap lukisan seharga 200.000 franc tersebut pun memicu pertengkaran-pertengkaran di antara mereka. Marc beranggapan bahwa lukisan putih yang dibeli oleh Serge tersebut merupakan pemborosan dan sama sekali tidak memiliki unsur seni apapun. Bahkan dalam sebuah perdebatan, Marc secara frontal mengejek lukisan kebanggaan Serge tersebut. “Lukisan Tai,” ujar Marc kepada Serge.
Serge pun tak terima dengan ejekan yang dilontarkan oleh Marc. Serge kemudian menuding bahwa Marc adalah sosok emosional, egois dan tak mengerti seni sama sekali. Dalam beberapa kali pertemuan antara Serge dan Marc, permasalahan lukisan putih tersebut selalu membuat panas situasi. Bahkan pertengkaran tersebut mulai memuncak hingga nyaris terjadi baku hantam antara Serge dengan Marc. Beruntung, ada Ivan seorang pemuda yang dianggap setengah gila yang dijadikan penengah oleh keduanya. Namun pada akhirnya, Ivan tetap tak mampu menengahi perbedaan persepsi di antara Marc dan Serge. Bahkan belakangan, Ivan justru sepakat dengan Serge bahwa lukisan putih tersebut memunyai makna yang mendalam dan bisa membuat Ivan terhanyut dalam perasaannya.
Kondisi Ivan yang memihak Serge itu semakin membuat Marc marah. Situasi panas dan rentan perkelahian acap kali menghiasi pertemuan ketiga sahabat tersebut. Pementasan Art mencapai klimaksnya setelah Serge akhirnya mempersilahkan Marc dan Ivan menggambari lukisan putih kesayangannya tersebut dengan spidol permanen. Serge akhirnya lebih memilih kedua sahabatnya dibandingkan sebuah lukisan putih seharga 200.000 franc.
Dalam setiap pergantian babak, alunan musik jazz menjadi penanda untuk mengantarkan ke babak selanjutnya. Sesekali alunan irama jazz juga dimainkan untuk mendukung suasana syahdu dalam beberapa adegan yang dimainkan di pementasan Art. Perpaduan antara musik jazz dan teater ini berhasil membuat puluhan penonton yang memadati Auditorium LIP, Kamis (27/3) terpukau. “Jarang nonton jazz digabungkan dengan teater. Perpaduannya bikin gak bosan teater selama dua jam lebih sedikit,” ujar Ayu salah seorang penonton.
Menurut sutradara Art, Kafka Navyschaaq, pementasan Art memiliki keunikan tersendiri selain menggabungkan antara teater dan musik jazz. Lama pementasan selama dua jam dengan jumlah pemain yang dominan hanya tiga orang menjadi tantangan tersendiri agar penonton tidak bosan saat menonton. Kondisi fisik pemain yang harus memainkan Art selama dua hari berturut-turut dengan jumlah empat kali pementasan juga dianggap Kafka menjadi kesulitan tersendiri.
“Kami ingin membuktikan bahwa pementasan teater tak melulu harus digelar pada malam hari saja. Kami memainkan Art juga di siang menjelang sore hari. Kami ingin mengajak penonton untuk memahami bahwa pentas teater tak melulu harus dimainkan di malam hari. Alhamdulillah respon penonton cukup baik. Terbukti dari tiket pementasan yang sold out,” tambah Kafka
Dalam sehari, pementasan Art dimainkan sebanyak dua kali. Pertama dimainkan pada pukul 15.30-17.30 dan pertunjukan kedua dimainkan pada pukul 18.30-20.30. Pementasan Art sendiri merupakan produksi ke- XXII dari Teater KOIN UII. Setiap tahunnya, Teater KOIN secara rutin mengadakan pementasan sebanyak tiga kali.