Home » Berita, Jogja » Mengenang Damardjati Supadjar, Sang Pengajar dan Pelakon Filsafat

Kampus

Mengenang Damardjati Supadjar, Sang Pengajar dan Pelakon Filsafat



Istimewa

Prof. Dr. Damardjati Supadjar telah berpulang. Namun, sosoknya tidak mudah dilupakan oleh banyak kalangan. Begitupun dengan mantan-mantan muridnya yang selalu terkenang akan semangat dan pemikiran pakar Filsafat Jawa dan Nusantara ini. Bagi mereka, Damardjati adalah sosok ilmuwan yang patut dijadikan suri tauladan karena mempunyai karakter dan kepribadian yang kuat. Memiliki komitmen tinggi terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan selalu bersikap sederhana.

Demikian yang terungkap dalam diskusi bertajuk Revolusi Spiritual: Menggali Mutiara Hikmah Alm. Prof. Dr. Damardjati Supadjar untuk Indonesia dan Dunia, Rabu (2/4) di Fakultas Filsafat UGM. Heri Santoso, S.S., M.Hum, salah satu mantan murid Damardjati mengungkapkan Damardjati merupakan sosok yang inspiratif. Tidak hanya itu, beliau memberikan sumbangan besar dalam upaya membangun bangsa melalui pemikiran-pemikiran yang filosofis.

“Almarhum adalah sosok inspiratif. Berbagai pemikiran beliau memberikan banyak inspirasi untuk melakukan hal yang lebih baik,” kata dosen Fakultas Filsafat UGM ini.

Heri menyebutkan Damardjati merupakan sosok pendidik yang gemar berfilsafat. Hal tersebut tidak banyak dijumpai pada kebanyakan pengajar. “Banyak dosen di Fakultas Filsafat UGM ini, tapi belum ada yang berfilsafat. Baru dilakukan oleh Pak Damardjati, sementara dosen lainnya baru sebatas mengajarkan filsafat saja dan belum melakoninya,” ujar peneliti Pusat Studi Pancasila UGM ini.

Farid Mustofa, dosen Fakultas Filsafat UGM mengungkapkan salah satu yang paling diingatnya dari sosok Damardjati adalah pribadi yang selalu rendah hati dan santun dalam berperilaku meskipun seorang ningrat.“Satu hal yang melekat pada beliau adalah laku dan cara hidup yang prihatin yang menjadi tradisi para ningrat. Ningrat tidak merujuk kebangsawanan. Namun, ning adalah ‘kasunyatan, hakiki, realitas’; dan rat itu ‘jiwa, semangat’. Ningrat dipahami lebih pada kualitas diri bukan sebagai status sosial,” paparnya.

Facebook Twitter Share on Google+