Home » Berita, Jogja » Mahasiswa Jogja Galang Dana untuk Petani Kebumen

Penggalangan Dana Petani Kebumen

Mahasiswa Jogja Galang Dana untuk Petani Kebumen



Mahasiswa menggalang dana untuk Petani Kebumen di Alun-Alun Selatan, Sabtu (5/4) malam. (Foto: Dokumen GLI)


Mahasiswa dan pegiat kesenian dari berbagai kampus di Jogjakarta menggelar gelaran kesenian di Alun Alun Kidul,Sabtu, (5/4) malam. Acara ini bertajuk Malam Penggalangan Dana Solidaritas Budaya untuk Urutsewu. Berbagai pertunjukan yang ditampilkan meliputi permainan rakyat toki gaba gaba Maluku, permainan bambu gila, tari cakalele, silat presehan Lombok, silat muaythai Thailand, tari soya soya, tari poco poco, tari Toraja, teater pendek, dan pembacaan puisi.

Arena kecil dibuat di tengah alun-alun, dengan obor-obor kecil di sekelilingnya. Beberapa penampilan bersifat interaktif, seperti toki gaba gaba, membuat penonton bisa ikut bermain. Toki gaba gaba adalah permainan di mana empat bambu dipegang empat orang dan digerakkan sesuai irama musik. Pemain lain harus melompato sela-sela bambu sembari menari. Para mahasiswa Thailand yang menampilkan silat muaythai juga mengundang penonton untuk belajar singkat.

Para mahasiswa dan pegiat kesenian yang berasal dari berbagai organisasi dan komunitas di Jogjakarta ini menamakan diri Aliansi Solidaritas Budaya untuk Masyarakat Urutsewu (ESBUMUS). Dana yang terkumpul dari sumbangan penonton malam tersebut akan digunakan untuk membiayai acara arak-arakan budaya di Urutsewu, Kebumen, 16 April mendatang.

Menurut koordinator aliansi ESBUMUS, Angga Palsewa Putra, arak-arakan budaya di Urutsewu, 16 April mendatang digagas bersama antara warga setempat dengan para mahasiswa dan aktivis dari Jogjakarta. “Aliansi ini terdiri dari berbagai komunitas dan individu,” kata Angga.

Ia menambahkan bahwa pembentukan aliansi dan acara arak-arakan budaya merupakan wujud kepedulian terhadap kedaulatan petani Urutsewu yang terancam. “Kami melakukan ini secara sukarela. Tidak ada yang dibayar,” ujarnya.

Meski punya pesan yang jelas, acara penggalangan dana tersebut tak luput dari suasana gembira. Ketika pembacaan puisi berjudul “Reng Reng” oleh Tahdia Jawhar U., sebagian besar penonton bahkan ikut meneriakkan kata “reng-reng” yang terus diulang-ulang dalam puisi.

“Acaranya seru. Biasanya, kan, di sini cuma ada permainan itu-itu saja. Dengan pertunjukan seni seperti ini, ada hiburan lain. Tadi juga sempat ada penjelasan maksud kegiatan ini. Jadi kita tahu kalau ada kasus Urutsewu di sana,” kata Ratna, salah satu penonton.

Selain menggalang dana, ESBUMUS juga membuat petisi di change.org yang ditujukan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. “Kami minta agar Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jateng bersedia mendatangi kami pada agenda tersebut dan memperhatikan tuntutan para petani,” pungkas Angga.

Adapun Urutsewu adalah kawasan pesisir selatan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Sejak 1920-an, terjadi konflik tanah antara penduduk setempat dengan pemerintahan. Konflik terbaru dimulai sejak sekira 1998, ketika TNI AD mengklaim lahan pesisir sepanjang 22,5 km dan selebar 500 m dari bibir pantai. Pada 2007, lebarnya bertambah menjadi 1000 m. Padahal, menurut data Badan Pertanahan Nasional Jawa Tengah, lahan tersebut tidak tercatat sebagai milik instansi pertahanan dan keamanan (hankam) maupun TNI AD.

Facebook Twitter Share on Google+