Home » Jogja Kita » Hardiknas: Gajahwong, Sekolahnya Anak-Anak ‘yang Terlupakan’

#Hardiknas

Hardiknas: Gajahwong, Sekolahnya Anak-Anak ‘yang Terlupakan’



Galeri pameran di sekolah Gajahwong (Foto: Dokumen Istimewa)

Dalam UUD 1945 tegas dinyatakan bahwa pendidikan adalah hak seluruh warga negara Indonesia. Hak tersebut tidak hanya dipunyai bagi warga negara yang berpunya atau berduit saja, melainkan untuk seluruh warga. Tak peduli apakah ia adalah orang tak berpunya, negara wajib melindungi dan memberikan hak penerimaan pendidikan.

Sayangnya, dalam realita kekinian, apa yang dituliskan dalam UUD 1945 bersifat hafalan semata. Sebabnya, negara masih kerap absen dalam pemenuhan hak pendidikan khususnya pada orang-orang tak berpunya. Misalnya saja pada anak-anak sekolah Gajahwong Jogjakarta. Sekolah yang berisi anak-anak pinggiran dan tidak mampu ini tak mendapatkan fasilitas pendidikan seperti warga kebanyakan. Mereka cuma menerima bantuan dari LSM atau orang-orang yang peduli.

“Mereka ini anak-anak yang terbuang. Ada anak gelandangan, anak WTS, dan lain sebagainya. Nggak punya uang untuk sekolah dan tidak diterima di masyarakat, kami yang menyelenggarakan pendidikan untuk mereka,” kata Faiz Fahrudin, Koordinator Pendidikan sekolah Gajahwong saat ditemui dalam perayaan Hari Gizi di Timoho, beberapa waktu lalu pada beritajogja.co.id.

Faiz menambahkan bahwa sebagian pengajar sekolah Gajahwong merupakan relawan yang konsen dalam bidang pendidikan. Para relawan, tidak hanya memberikan pendidikan akademis seperti di sekolah resmi. Mereka, mengajarkan juga pendidikan sosial dan kesehatan beseta pratiknya pada anak-anak Gajahwong.

Anak-anak sekolah Gajahwong tengah membentangkan spanduk berisi pesan ada SBY di Timoho, Senin (27/1) pagi. (Foto: Swadesta AW)

Salah satu contohnya adalah ketika mereka membagikan kertas berisi pesan menjaga gizi anak saat perayaan Hari Gizi pada pengendara bermotor. Sejumlah anak berusia 5-7 tahun bersama para guru mengingatkan pada pengguna jalan agar memperhatikan anak dalam pemberian makanan. “Itu salah satu bentuk pendidikannya. Kita waktu itu cuma mau mengingatkan bahwa makan itu bukan sekedar kenyang, tapi juga harus diperhatikan gizinya untuk pertumbuhan anak,” kata Faiz.

Sekolah Gajahwong sebenarnya sudah 20 tahun berjalan. Meski demikian baru diresmikan pada Januari 2013 lalu. Sekolah yang berlokasi di Ledhok Timoho ini dirancang oleh warga untuk membuat anak-anak di kampung pemulung bisa mengenyam pendidikan. Beng-Beng, Koordinator Kampung komunitas mengatakan semula sekolah ini diawali dengan kegiatan-kegiatan yang mendidik anak dengan pemainan.

“ide awalnya adalah bahwa semua orang punya hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan dan semua orang bisa menjadi guru bagi yang lain,” ucap Beng-Beng.

Facebook Twitter Share on Google+