Home » Berita, Jogja » Sultan HB X: Agama Harus Membumi, Jangan Jadi Simbol

Jogja Terancam Intoleran

Sultan HB X: Agama Harus Membumi, Jangan Jadi Simbol



Sri Sultan HB X ketika bersama Rizal Ramli di Keraton Kilen, Sabtu, (11/1) sore. (Foto: Cahyo PE)

Munculnya radikalisme agama yang menjadi momok di negara Pancasila ini disebut Sultan dikarenakan tidak sampainya kontekstualisasi teks kitab agama dengan realitas. Menurut Sultan pada dasarnya substansi agama adalah berdialong dengan kondisi zaman. Setiap agama ditantang untuk membumi dengan berpihak pada segala bentuk keprihatinan masyarakat.

“Agama harus membumi, itu makanya kelompok yang radikal itu tidak bisa menjawab kondisi zaman. Jika agama menjadi simbol akan menjadi kering,” kata Sultan saat membuka Konferensi Gereja dan Masyarakat, di Sahid Rich Hotel, Jogjakarta, (12/5).

Menurutnya, selama ini dalam praktek keseharian agama bisa memberikan ruang untuk melakukan dialog-dialog dengan berpegang pada pancasila. Nilai-nilai Pancasila ini tidak ada yang bertentangan dengan agama manapun, sehingga sudah semestinya bisa dipraktekkan.”Menjadi garam dan terang itu adalah konsep dalam Kristen bisa menjadi cara implementasi pancasila,” kata Sultan.

Sementara itu, ketua PGI (Persekutuan Gereja Indonesia) A.A Yewangoe mengatakan dalam mempraktekkan Pancasila, gereja-geraja perlu melihat Jogja sebagai kota toleransi yang perlu dijadikan teladan. Di Jogja, hampir semua suku bangsa di Indonesia ada disini, namun bisa hidup berdampingan dengan rukun satu dengan lainnya. “Jogjakarta ini miniatur Indonesia, bisa menjadi contoh teladan, dalam keberagaman bisa hidup saling menghormati satu dengan yang lainnya,” kata Yewangoe.

Facebook Twitter Share on Google+