Pilpres 2014
Survei: Pemilih Pemula di Jogja Tolak Muka Lama Capres-Cawapres
Pilpres tinggal menghitung minggu. Sejumlah partai telah mengemukakan calonnya masing-masing. Ada Jokowi yang diusung PDIP, Prabowo dari Gerindra, dan Wiranto dari Hanura. Masing-masing capres kecuali Jokowi telah menentukan cawapresnya. Prabowo bersama Hatta Rajasa dan Wiranto dengan Hary Tanoe.
Khusus Jokowi, kencang berhembus isu akan didampingi oleh Jusuf Kalla yang pernah menjabat juga sebagai wapres tahun 2004-2009. Isu ini diperparah dengan penggiringan opini bahwa keduanya akan memenangkan Piplres satu putaran. Padahal pihak PDIP bersama partai koalisinya belum menentukan siapa cawapres pendamping Jokowi.
Terlepas siapa yang akan jadi calon pendamping Jokowi dan presiden terpilih, para pemilih pemula di Jogjakarta enggan ada muka lama dalam pilpres mendatang. Dari survey terhadap 500 pemilih pemula di dua kampus dengan metode purposif, 68 persen pemiih menyatakan siap golput jika ada muka lama di pilpres 2014. 20 persen menjawab tetap memilih pasangan baru, dan sisanya tidak bisa mengambil sikap.
Ganis, salah seorang pemilih pemula dari UGM menuturkan bahwa muka lama dalam pilpres merupakan penanda akan kegilaan kekuasaan pada capres/cawapres. Baginya, wajah lama yang pernah mengisi pemerintahan tidak pernah terbukti efektif dalam mengelola negara.
“Buat apa ada muka lama. Kalau missal capres kita yang baru-baru ini memilih cawapres yang pernah menjabat, artinya itu cuma demi kekuasaan. Nggak ada perubahan. Mending golput aja saya,” ujarnya.
Sependapat dengan Ganis, Tarie, mahasiswa UNY mengungkapkan kekecewaannya jika ada muka lama yang terlibat pilpres 2014. Ia juga meyakini bahwa muka lama akan membawa pemikiran yang sama kunonya. “Hari gini kok yang pernah menjabat pengen ikutan lagi, apa kata dunia?” katanya.
Sekretaris KNIP Kota Jogja, Krisna, mengatakan wajar bila ada penolakkan terhadap muka lama dari sejumlah pemilih pemula. Sebab, sebagai generasi muda, mereka sudah melek sejarah dengan sedikit rasa trauma.