Budaya
Mau Melukis Nyi Roro Kidul? Puasa Dulu 40 Hari
Sebagian besar warga Jogjakarta percaya bahwa Nyi Roro Kidul bukan mitos atau sekedar legenda. Mereka percaya bahwa penguasa pantai selatan Jawa itu ada. Sedangkan sebagian kecil percaya bahwa Nyi Roro Kidul merupakan lambang semata. Budayawan Emha Ainun Najib misalnya dalam Markesot Bertutur Lagi, menuliskan bahwa Nyi Roro Kidul adalah perlamang kosmologi Jawa. Ia adalah pusat frekuensi air dan cahaya di Jawa yang hanya bisa dijelaskan dalam Al Quran.
Terlepas dari nyata atau mitos, Nyo Roro Kidul merupakan sosok penting di Jogjakarta. Karena saking pentingnya itu, banyak seniman yang mencoba menggambarkan bagaimana rupa Nyi Roro Kidul dalam banyak media, salah satunya dengan lukisan. Sebut saja Basuki Abdulah yang lukisan Nyi Roro Kidu-nya kini menghiasi sebuah kamar pelabuhan ratu, atau F Suardy yang tahun 2012 lalu memamerkan 99 lukisan Nyi Roro Kidul di Jakarta.
Ketika memamerkan lukisan itu di sebuah hotel, Suardy menuturkan bahwa banyak syarat melukis penguasa pantai selatan itu. Tak hanya itu, syaratnya pun berat. Penuturan Suardy dua tahun lalu dibenarkan oleh Hery S, pengelola Batik Painting Art Centre yang juga cucu dari salah seorang pelukis Nyi Roro Kidul asal Jogja, Herman S. Hery mengatakan bahwa ketika kakeknya melukis Nyo Roro Kidul, ada ritual tertentu yang dijalaninya.
“Salah satunya adalah puasa 40 hari sebelum melukis. Setelah puasa 40 hari dilanjutkan dengan puasa putih. Itu salah satu syaratnya,” tuturnya pada beritajogja.co.id, saat ditemui di kawasan Rotowijayan.
Puasa tersebut merupakan syarat untuk mendapat wangsit sebelum melukis. Wangsit, dipercaya bisa berupa bisikan atau didatangi langsung oleh Nyi Roro Kidul di mimpi. Oleh sebab itulah mengapa wajah Nyi Roro Kidul di sejumlah lukisan terdapat perbedaan. “Jadi melukisnya sesuai dengan gambaran yang didapatkan,” katanya lagi.
Di Batik Painting Art Centre sendiri terdapat tiga lukisan kuas dan sejumlah lukisan batik tulis Nyi Roro Kidul. Tiga lukisan kuas dilukis oleh kakek Hery dengan konsep tiga dimensi. Ketika memandang lukisan dari depan atau samping, mata Nyi Roro Kidul seolah-olah terus memandangi si penikmat lukisan