Jogjapedia
Intoleransi di Jogja Sudah Diramalkan Sejak 1981?
Akhir-akhir ini semakin marak aksi intoleransi yang terjadi di Jogjakarta. Kamis (29/5) yang lalu Jogja dikagetkan dengan adanya penyerangan di rumah Direktur Galang Press. Penyerangan terjadi saat rumah milik Direktur Galang Press ini digunkan untuk doa rosario. Selang beberapa hari, Minggu (1/6) kekerasan kembali terjadi. Kali ini kekerasan terjadi di rumah pendeta Niko Lomboan, saat dilaksanakan ibadah minggu.
Maraknya aksi intoleransi ini di sesalkan beberapa pihak. Salah satunya adalah Esti Wijayanti, anggota DPRD Provinsi Jogjakarta, menurutnya aksi intoleransi seperti itu telah menciderai nilai-nilai Pancasila.
Jauh sebelum aksi intoleransi seperti ini terjadi di Jogjakarta, puluhan tahun yang lalu, Menteri Agama Alamsyah Ratu Perwiranegara sudah menyampaikan pesan yang senada dengan Esti Wijayanti. Kala itu ia seakan meramalkan bahwa intoleransi tinggal menunggu waktu. Oleh karena itu, Alamsyah menegaskan bahwa seharusnya pranata keagamaan dapat berfungsi dalam kehidupan masyarakat dan bangsa yang berfalsafah Pancasila, di mana toleransi antar umat beragama di kandung di dalamnya.
Alamsyah, melalui pesan yang termuat dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Dirjen Kelembagaan Agama, H. Anton Timur Jailani, MA saat Dies Natalis Universitas Islam Indonesia (UII), tahun 1981 tersebut seakan telah mengetahui nasib pancasila berpuluh tahun kemudian. Tanpa tedeng aling-aling, Alamsyah langsung mengingatkan pada intelektual islam di UII agar selalu berpulang pada agama yang mengandung banyak toleransi.
Menurut Menteri Agama Alamsyah saat itu, agama harusnya menajdi moral force yang kuat, untuk mengubah tatanan masyarakat, dari yang miskin menjadi bercukupan, dari yang bodoh menjadi masyarakat yang maju, berilmu, dan beradab. Alamsyah juga menambahkan, untuk mencapai tujuan bersama tersebut, usaha yang harus dilakukan adalah: memerangi kemiskinan, kebodohan, dan fanatik buta