Intoleransi
Tokoh Muhammadiyah: Pelaku Perusakan dan Kekerasan di Jogja Orang Tak Normal
Islam adalah agama yang membawa pesan damai ke semesta. Kedamaian itu pun terseru dalam Al-Qur’an yang mewajibkan penganutnya memiliki cinta kasih dan damai terhadap sesama manusia. Tidak hanya dalam konsep teologis, ranah kebudayaan juga menunjukkan bahwa islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian pada pemeluknya.
Konsep kedamaian islam dalam kebudayaan ini dijelaskan oleh John L. Esposito, Guru Besar untuk bidang Agama dan Hubungan Internasional, serta Guru Besar untuk bidang Studi Islam di Universitas Georgetown, USA. Dalam sebuah artikelnya berjudul Islam and Violence, ia menuliskan penelitiannya bahwa tradisi islam tidak pernah mengajarkan adanya bentuk kekerasan atau bentuk pembajakan lainnya.
“Islam, seperti semua agama dunia, tidak mendukung aksi kekerasan secara membabi buta. Al-Qur’an tidak mendorong atau membiarkan terorisme dilakukan,” tulisnya.
Jika dikaitkan dengan sejumlah peristiwa intoleransi yang disertai kekerasan di Jogjakarta, pelaku, yang diduga kuat pemeluk islam karena memakai atribut atau identitas tertentu dan menyerukan kalimat pujian pada Allah telah memfitnah islam. Hal ini dikuatkan oleh tokoh Muhammadiyah Jogjakarta, Buya Syafii Maarif. Menurutnya, mereka, yang melakukan tindak kekerasan atau intoleransi berdalih agama adalah orang tak normal yang tak paham agama.
“Saya rasa itu dilakukan orang tak normal. Kalau orang islam pasti paham dengan islam yang membawa kedamaian. Orang tidak beriman pun disebut saudara dalam Al-Quran,” katanya ketika diminta komentarnya mengenai kasus kekerasan dan intoleransi di Jogja, Senin (2/6) di rumah makan sekitar jalan Wates.