ARTJOG 2014
Kronik Politik dalam Galeri ARTJOG 2014
Menikmati karya-karya seni yang dipamerkan dalam ARTJOG 2014 tidak gubahnya seperti medengarkan sebuah dongeng mengenai perjalanan politik bangsa kita. Bertempat di Taman Budaya Yogyakarta, pameran yang dibuka pada Sabtu (7/6) malam ini menyoroti sejumlah peristiwa politik, mulai dari tragedi, intrik hingga laku sejumlah politikus yang meninggalkan kesan tersendiri di benak para seniman.
Contohnya, karya Yudi Sulityo yang berupa miniatur lokomotif yang poros rodanya bergerak mundur. Miniatur lokomotif yang material penyusunnya terdiri dari kertas dan kayu itu diibaratkan pemerintahan kita yang mengalami berbagai kemunduran dengan kembali pada sistim feodal. Kemudian tingkah polah para politisi yang acap menyelewengkan kewenangannya dengan jenaka disampaikan oleh Suraji, lewat wayang berbentuk berbagai macam hewan yang sedang menunggangi sapi. Karya yang diberi judul “Ayo Lari!” itu, menyindir kebiasaan pejabat yang belum lama ini tersandung kasus daging import.
“Lubang buaya”, karya Mella Jaarsma menggambarkan tragedi di tahun 1965. Sebuah manipulasi sejarah yang dilanggengkan oleh rezim yang bertahan hingga puluhan tahun lamanya. Tidak perlu menyernyitkan dahi untuk mengetahui apa pesan yang disampaikan karya yang menggabungan antara art perform dengan karya seni tiga dimensi itu.
Lain lagi halnya dengan karya David Armi Putra yang diberi judul “Gemah Ripah Loh Jinawi”, yang ingin menyampaikan seruan bahwa sistem pemerintahan kita yang kacau-balau haruslah segera mengalami pembenahan. Dalam karyanya tersebut, David menampilkan buah-buahan khas daerah tropis. Namun, ada yang tidak biasa tatkala buah-buahan tersebut bermetamorfosis menjadi bentuk lain yang tidak terduga.
“Biar nanti pengunjung sendiri yang menafsirkan apa yang ditangkap dari citraan yang mereka dapatkan,” Ujar David Armi Putra kepada BeritaJogja pada sesaat sebelum acara dibuka.