NBL
Review Speedy NBL Championship Series: Dunk Fadlan Hancurkan Mental Pemain CLS
Dua partai hidup mati tersaji di Speedy NBL Championship Series, Senin (9/6) sore di GOR UNY. Empat tim, CLS, Garuda, Pelita Jaya, dan Stadium berebut dua tiket ke semifinal. Tiket pertama dengan mudah diambil Pelita Jaya setelah mengandaskan Stadium 71-58. Sedangkan tiket kedua diambil Garuda kala mengalahkan CLS 72-59. Di babak semifinal Garuda akan bertemu Satria Muda (SM) sedangkan Pelita Jaya akan kembali berhadapan dengan ASPAC. Keduanya harus menang dua kali untuk dapat melaju ke final. Sebaliknya, ASPAC atau SM cukup menang sekali untuk bertemu di final Speedy Championship Series 2014 di GOR UNY.
Dari dua laga kemarin, Senin (9/6) duel panas tersaji antara Garuda melawan CLS. Keduanya bertempur mati-matian di empat quarter. Menghadapi Garuda, CLS mengalami dua masalah besar. Pertama masalah fisik. Mario Wuysang dkk. berlaga satu hari setelah melawan SM, di mana kelelahan masih melanda sejumlah pemain seperti Wuysang, Andrie Ekayana, Agunng Sunarko, Saputra Wijaya, dan Herman yang turun sebagai starter. Kedua, mereka masih kehilangan Dimaz yang merupakan pemain kunci. Dimaz, merupakan stopper pertama defense CLS sekaligus pendulang poin tertinggi bagi CLS. Sebaliknya, Garuda, turun dengan kondisi fisik lebih bigar karena diberi kesempatan istirahat lebih dibanding CLS.
Quarter pertama, defense CLS mati kutu menghadapi dua post Garuda, Fadlan dan Galank. Keduanya total menghasilkan poin dari lima kali offensive rebounds. Field goals CLS juga tercatat rendah, hanya sebesar 15 persen. Sedangkan Garuda mencetak 35 % lewat 3-2 motion offense dengan Galank dan Fadlan di post defense CLS. Quarter pertama ini CLS tertinggal “setengah botol” 16-8 dari Garuda. CLS memperbaiki penampilan di quarter kedua. Sebaliknya, Garuda malah mengalami penurunan fisik. Galank juga diistirahatkan. Satu menit laga berjalan, CLS memperkecil ketertinggalan poin menjadi 17-12. Pelatih Garuda, Antonius Rinaldo, langsung meminta time out untuk meredam kebangkitan CLS.
Paska time out, aksi individu Mario Wuysang terus mendulang poin bagi CLS. Pun dengan Garuda dengan aksi drive Gideon. Ketika kedudukan 27-22 untuk Garuda, Andrie Ekayana dengan cepat menyamakan kedudukan menjadi 27 sama lewat lemparan tiga dan dua angka. Garuda kembali meminta time out. Kedua tim bermain hati-hati paska time out. Defense sama-sama memakai zone deffense pressing. Strategi post dengan Fadlan gagal. Di bawah satu menit waktu Quarter kedua, Pranayta membawa Garuda unggul 30:27, namun segera disamakan melalui lemparan tiga angka Mario Wuysang. Mario, menjadi bintang di quarter kedua ini. Ia mencetak 10 poin, tertinggi dari semua pemain dari kedua tim.
Perang Mental di Quarter Tiga
Emosi penonton yang memenuhi GOR UNY didinginkan sejenak dengan game lucu dari panitia pelaksana pertandingan. Empat orang penonton yang telah mendaftarkan nomor kartu voucher Speedy diajak ke tengah lapangan dan dipakaikan kostum tangan. Sementara itu panpel meletakan sejumlah gambar angka di beberapa titik dalam lapangan. Para peserta yang telah berkostum boneka tangan raksasa tersebut kemudian diberi pertanyaan yang jawabannya adalah sejumlah angka yang telah diletakanm panitia. Mereka harus merebahkan diri secara berebutan di gambar angka yang menjadi jawaban atas pertanyaan panitia. Empat peserta games beritindihan di angka-angka yang membuat para penonton tertawa.
Sekitar sepuluh menit para penonton diajak melupakan laga penuh emosi ini. Ketika kedua tim kembali memasuki lapangan, emosi laga kembali terasa. Satu menit laga, CLS berbalik unggul 35-30 atas Garuda. Ratusan pendukung CLS yang membuat koor di tribun utara bersorak-sorai. Terlebih lagi ketika Garuda meminta time out. Namun keunggukan CLS tak berlangsung lama. Strategi 3-2 motion offense Garuda kembali mengguncang deffense CLS. Tanpa Galank yang ditarik keluar, posisinya digantikan Gideon di post CLS. Sementara itu Wendha, Difta, dan Pranatyio berada di luar post. Absennya Dimaz terasa di quarter ketiga ini. Tak adanya stopper pertama membuat Fadlan leluasa bergerak dalam post. Poin demi poin (Fadlan 2, Difta 3, dan Pranatyo 2) membuat Garuda kembali unggul cepat 38-35 atas CLS.
Paska unggul Garuda mengubah defense menjadi half court defense. Rinaldo seakan sudah melihat Mario dan Sandy kelelahan. Satu steals dari Wendha yang dengan cepat memberikan bola pada Fadlan diakhiri dengan dunk. Penonton berteriak histeris dengan dunk Fadlan ini yang membuat Garuda lead 44-35. Emosi memuncak paska dunk Fadlan. Para pemain CLS yang kecapaian sudah tidak bisa mengontrol emosi. Satu foul dari Difta yang memotong lay up Dwi Haryoko direspon berlebihan oleh pemain CLS. Febri meluapkan emosinya pada Difta. “Pemain kampung!” teriaknya. Difha fouls out. Peristiwa ini mengacak-acak konsentrasi pemain CLS. Terlebih lagi ketika Mario Wuysang ditarik keluar oleh pelatih Kim Wan. Sedangkan Garuda sebaliknya. Mereka makin tenang. Fadlan berpeluang kembali melakukan dunk kalau saja tidak dipotong oleh Febri. Fadlan berjalan ke meja media, duduk, lalu membaca koran di atas meja sebelum melakukan free throw. Para pemain cadangan Garuda bertepuk tangan atas ulahnya ini. Pun dengan awak media. Quarter ketiga ini Garuda unggul 15 poin dari CLS, 57-42.
Kim Wan menginstruksikan para pemain CLS mengubah pola pertahanan menjadi full court defense. Mereka melakukan pressing dari wilayah pertahanan Garuda. Namun, strategi ini tidak bisa berjalan tanpa Dimas yang ditaruh di lapangan tengah sebagai stopper pertama. Garuda, meresponnya dengan strategi fast break. Pranatyo dan Jonathan terlalu cepat untuk bisa dihentikan oleh Mario dan Sandy yang sudah kecapaian. Fast break Garuda menghasilkan sembilan poin sebelum Kim Wan meminta time out di menit ke-7 saat skor 66-56. Tiga menit terakhir, Reinaldo nekad memasukkan Galank yang telah melakukan empat kali fouls untuk mempressing Dwi Haryoko di daerah defense. Strategi ini cukup berhasil. CLS hanya mampu menambah tiga poin di tiga menit akhir, sementara itu fast break Garuda menghasilan enam poin dan menutup laga dengan skor 72-59.
Rinaldo, pelatih Garuda usai laga tak bisa menutupi kegembiraan lolos ke semifinal. Ia membenarkan bahwa kemenangan Garuda tak bisa dilepaskan dari absennya Dimas CLS. “Benar, kemenangan ini memang karena absennya Dimas. Saya sudah bilang ke anak-anak bahwa absennya Dimas itu keuntungan yang besar. Seperti yang kemarin kita diskusikan, bahwa Dimas itu stopper awal yang jadi kekuatan defense CLS,” ujarnya pada beritajogja.co.id saat ditemui usai laga.