Home » Berita, Jogja » Survei 100: Jokowi Lebih Mampu Menjaga Kebebasan Pers

Survei 100

Survei 100: Jokowi Lebih Mampu Menjaga Kebebasan Pers



Jokowi ketika di kampus Sanata Dharma. (Dokumen beritajogja.co.id, Foto: Kresna)

Sepekan terakhir kebebasan pers di Jogjakarta dalam menyampaikan informasi pada masyrakat terusik. Dua tim sukses capres-cawapres, menunjukkan ketidaksukaan mereka terhadap kebebasan pers. Timses capres Prabowo, di Rumah Merah-Putih diduga melakukan tindakan tidak menyenangkan pada sejumlah jurnalis. Sedangkan massa PDIP yang juga pendukung PDIP menyegel dan mencoret kantor TV One Biro Jogja sebagai aksi protes pemberitaan mengenai komunis.

Menjamin kebebasan pers merupakan salah satu pertimbangan bagi pemilih ketika mencoblos capres pilihannya. Oleh sebab itu beritajogja.co.id mencoba melihat bagaimana respon pemilih terhadap kebebasan pers di Indonesia terhadap dua pasangan capres-cawapres melalui survei di Jogjakarta. Sebanyak 100 responden mahasiswa diwawancarai langsung dengan sejumlah variabel sebagai berikut:

a) Ketahuan responden tentang kebebasan pers.

b) Capres mana yang akan menjamin kebebasan pers

Dari hasil survei 100 responden mahasiswa di sejumlah kampus Jogjakarta, mengenai ketahuan kebebasan pers, 64% sudah mengetahui sementara 36% belum mengetahuinya. Mengenai capres mana yang akan menjunjung kebebasan pers, dari 100 responden, 55% menjawab Jokowi, 34% meyakini Prabowo mampu menjaga kebebasan pers, 7% tidak meyakini keduanya, dan 4% menjawab keduanya bisa menjaga kebebasan pers.

55% atau 55 responden yang percaya Jokowi mampu menjaga kebebasan pers kalau menjadi presiden memiliki alasan yang beragam. 24 responden memilih alasan bahwa capres kotak-kotak tersebut memiliki sifat terbuka dan tidak antikritik, 18 responden memilih alasan bahwa Jokowi disayangi media,dan 13 responden menjawab anti Orba.

Sementara itu 34% atau tepatnya 34 responden yang memilih Prabowo akan menjaga kebebasan pers juga memilih alasan sendiri. 17 responden menjawab Prabowo tidak antikritik, 12 memilih alasan anti orba, dan 5 responden memilih disayangi media. Dari 7 responden yang tidak meyakini keduanya, 5 memilih alasan saat masa kampanye keduanya banyak merugikan jurnalis/media, sementara 2 responden tidak menyertakan alasan. Pun dengan 4 responden yang yang meyakini keduanya.

Dari hasil survei ini dapat disimpulkan bahwa peristiwa yang dilakukan oleh massa pendukung kedua capres pada media tidak begitu mempengaruhi pemilih untuk golput.

Facebook Twitter Share on Google+