Jogjapedia
Macam-Macam Bahasa di Jogjakarta
Banyaknya kebudayaan di Jogjakarta melahirkan sejumlah bahasa dari pemakainya. Seperti yang dikemukakan Raymond William, bahwa kebudayaan merupakan pandangan hidup tertentu dari masyarakat, periode, atau kelompok tertentu. Dalam definisi ini, budaya tidak lagi terbatas pada faktor intelektual dan estetisnya saja, tetapi mencakup juga perkembangan dinamika kemasyarakatan.
Masuk ke dalam kerangka teoritis kebudayaan Raymond, bahasa merupakan hasil pandangan hidup masyarakat yang berkembang dari waktu ke waktu. Di Jogjakarta, bahasa juga mengalami perkembangan serupa dari unggah-unggihing bahasa hingga kekinian. Berikut adalah macam-macam bahasa-yang mengalami perkembangan dan sering digunakan oleh warga di Jogjakarta.
Bahasa Jawa
Bahasa Jawa banyak digunakan warga Jogjakarta. Ada tiga macam bahasa Jawa yang sering digunakan warga. Pertama adalah bahasa Jawa Krama Inggil (bahasa Jawa halus) yang sering digunakan secara formal. Penutur bahasa ini biasanya memakainya kala berkomunikasi dengan orang yang lebih tua atau pada individu yang punya kedudukan sosial lebih tinggi.
Ada lagi bahasa Jawa krama madya (menengah) yang sering digunakan untuk berkomunikasi dengan orang sebaya. Namun, sebagaimana dituliskan dalam Ngeteh di Patehan , krama madya telah tergantikan dengan bahasa Jawa ngoko. Pengguna bahasa ini sebagian besar adalah orang yang sama-sama sudah berumur.
Terakhir, bahasa Jawa ngoko (bahasa “pasaran”) yang sering digunakan oleh teman sebaya atau orang tua pada yang lebih muda. Adapun contoh tiga sub-bahasa adalah mkan, yaitu: dhahar (krama inggil), nendha (madya), dan mangan (ngoko).
Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia banyak digunakan di sekolah, kampus, atau institusi lainnya. Sebagian besar penggunanya adalah mahasiswa untuk berkomunikasi dengan mahasiswa lain dari luar daerah yang belum paham bahasa Jawa. Namun kekentalan penutur yang asli Jogjakarta dengan bahasa Jawa-nya kerap membuat bahasa Indonesia bercampur ketika dituturkan. Misalnya, “Aku malas mengerjakan tugas, kesel (capai) badanku,”
Bahasa Prokem
Bahasa prokem dekat dengan bahasa Jawa. Bahasa ini dipakai oleh sejumlah orang dalam kelompoknya sendiri. Mengutip penjelasan bahasa prokem dalam Ngeteh di Patehan, bahasa prokem ini diambil dari aksara Jawa yaitu Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Dha, Ja, Nya, Ma, Ga, Ba, Tha, dan Nga yang terbagi atas empat bagian dengan enam deret huruf.
(1) Ha Na Ca Ra Ka
(2) Da Ta Sa Wa La
(3) Pa Dha Ja Ya Nya
(4) Ma Ga Ba Tha Nga
Rumus penggunaan bahasa Jawa Prokem ini adalah mengalihfungsikan huruf-huruf bagian ganjil dengan bagian ganjil dengan bagian genap. Kata atau kalimat dalam dalam bahasa Jawa yang menggunakan huruf pada bagian (1) dalam penggunaan atau pelafalannya menggunakan huruf pada bagian (3). Pun sebaliknya.
Adapun contoh dari bahasa prokem yang paling terkenal adalah kata pisuhan (umpatan) : dagadu (matamu).